Tidak ada kebaikan bagi pembicaraan kecuali dengan amalan.
Tidak ada kebaikan bagi harta kecuali dengan kedermawanan.
Tidak ada kebaikan bagi sahabat kecuali dengan kesetiaan.
Tidak ada kebaikan bagi shadaqah kecuali niat yang ikhlas.
Tidak ada kebaikan bagi kehidupan kecuali kesihatan dan keamanan

Kamis, 10 Februari 2011

Alquran Turun dalam Tujuh Huruf

Oleh: Ghulam Zaenul Abdullah

Imam Al Zarkassi dalam bukunya, Al Burhän fi ‘Ulüm al-Qur’än,mengingatkan bahwa al-Qirä’ah (bacaan) itu berbeda dengan al-Qur’än (yang dibaca). Keduanya merupakan dua fakta yang berlainan. Sebab, al-Qur’än adalah wahyu Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk menjadi keterangan dan mukjizat. Sedangkan qira’ah ialah perbedaan cara membaca lafaz-lafaz wahyu tersebut di dalam tulisan huruf-huruf yang menurut Jumhür cara itu adalah mutawätir.

A. Pendahuluan

Bangsa Arab mempunyai aneka ragam dialek (lahjah)yang timbul dari fitrah mereka. Setiap suku mempunyai format dialek yang tipikal dan berbeda dengan suku-suku lain. Perbedaan dialek itu tentunya sesuai dengan letak geografis dan sosio-kultural dari masing-masing suku. Namun demikian, mereka telah menjadikan bahasa Quraish sebagai bahasa bersama (common language) dalam berkomunikasi, berniaga, mengunjungi ka’bah, dan melakukan bentuk-bentuk interaksi lainnya. Dari keyataan diatas, sebenarnya kita dapat memahami alasan al-Qur’a>n diturunkan dengan menggunakan bahasa Qurraish.[1]

Fenomena al-Qur’a>n sebagai mukjizat terbesar nabi Muhammad saw ternyata bagaikan magnet yang selalu menarik minat manusia untuk mengkaji dan meneliti kandungan makna dan kebenarannya. al-Qur’ặn yang diturunkan atas ‘tujuh huruf’(sab’at ah{ru>f) menjadi polemik pengertiannya di kalangan ulama’, polemik ini bermuara pada pengertian sab’ah dan ah{ruf itu sendiri.

Kalau ditelusuri, akar polemik ini bermula dari hadith Nabi Muhammad saw yang berbunyi :

عنِ ابن عبّاسٍ رضيَ الله عنهما أن رسولَ اللهِ صلى الله عليه وسلّم قال: (أقْرأني جبريلُ على حَرفٍ، فلم أزَل اسْتزيدهُ حتّى انتهى إِلى سبعة أحرفٍ(.

“Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abba>s r.a, Rasulullah saw bersabda : ” Jibrin kepadaku dengan satu huruf kemudian aku mengulanginya (setelah itu) senantiasa aku meminta tambah sehingga menambahiku sampai dengan tujuh huruf “.[2]

B. Arti Turunnya al-Qur’a>n dalam Tujuh Huruf

al-Ah}ruf (الأحرف) adalah bentuk jamak dari h{arf(حرف) ini mempunyai makna yang banyak :

1. H{arf yang berarti ujungnya atau tepinya

H{urf / al-Ah{ruf yang berarti huruf istilah dalam ilmu nahwu.[3]

2. H{arf yang bermakna puncak seperti (حرف الجبل ) diartikan puncak gunung.[4]

3. H{arf diartikan sebagai salah satu huruf hijaiyyah.

Sedangkan yang dimaksud al-Qur’a>n diturunkan dengan tujuh huruf adalah sebagai kelonggaran dan kemudahan bagi pembaca, sehingga bisa memilih diantara bacaan-bacaan yang diinginkan, tapi bukan dimaksudkan bahwa semua kalimah yang ada dalam al-Qur’a>n bisa dibaca dengan tujuh macam bacaan, akan tetapi yang dimaksudkan tujuh bacaan yang berbeda itu pada beberapa tempat yang beebeda-beda yang bisa dibaca sampai tujuh bacaan.[5]

C. Dalil al-Qur’a>n Diturunkan dengan Tujuh Huruf

Ada beberapa dalil hadi>th yang menjelaskan bahwa al-Qur’a>n diturunkan dengan tujuh huruf. Antara lain :

  • حدّثَنا عبدُ اللهِ بنُ يوسُفَ أخبرَنا مالكٌ عنِ ابنِ شِهابٍ عن عُروةَ بنِ الزّبَيرِ عن عبدِ الرحمنِ بنِ عبدٍ القاريّ أنهُ قال: سمعتُ عمرَ بنَ الخَطّابِ رضيَ اللهُ عنهُ يقول: «سمعتُ هشامَ بنَ حَكيمِ بنِ حِزامٍ يَقرأُ سورةَ الفُرقانِ على غيرِ ما أقرَؤها، وكان رسولُ الله صلى الله عليه وسلّم أقرَأَنيها، وكِدْتُ أن أعجَلَ عليه، ثمّ أمهلتُهُ حتّى انصَرَفَ، ثمّ لبّبْتُهُ بردائِه فجئتُ بهِ رسولَ الله صلى الله عليه وسلّم فقلتُ: إني سمعتُ هذا يقرأُ على غيرِ ما أقرَأْتَنيها. فقال لي: أرسِلْهُ. ثمّ قال لهُ: اقرَأْ. فقرأَ. قال: هكذا أُنزِلَتْ. ثمّ قال لي: اقرَأْ. فقرأتُ. فقال: هكذا أُنزِلَتْ، إنّ القرانَ أُنزِلَ على سبعةِ أحرُفٍ، فاقرَؤوا منهُ ما تَيسّرَ».

“Meriwayatkan yang lafazhnya dari Bukha>ri> bahwa; “Umar bin H{atta>b berkata: “Aku mendengar Hisha>m bin H{aki>m membaca surat al-Furqa>n di masa hidupya Rasulullah saw, aku mendengar bacaannya, tiba-tiba ia membacanya dengan beberapa huruf yang belum pernah Rasulullah saw membacakannya kepadaku sehingga aku hampir beranjak dari s{alat, kemudian aku menunggunya sampai salam. Setelah ia salam aku menarik sorbannya dan bertanya: “Siapa yang membacakan surat ini kepadamu?”. Ia menjawab: “Rasulullah saw yang membacakannya kepadaku”, aku menyela: “Dusta kau, Demi Allah sesungguhnya Rasulullah saw telah membacakan surat yang telah kudengar dari yang kau baca ini”.

Setelah itu aku pergi membawa dia menghadap Rasulullah saw lalu aku bertanya: “Wahai Rasulullah aku telah mendengar lelaki ini, ia membaca surat al-Furqa>n dengan beberapa huruf yang belum pernah engkau bacakan kepadaku, sedangkan engkau sendiri telah membacakan surat al-Furqa>n ini kepadaku”. Rasulullah saw menjawab: “Hai ‘Umar! lepaskan dia. “Bacalah Hisha>m!”. Kemudian ia membacakan bacaan yang tadi aku dengar ketika ia membacanya. Rasululllah saw bersabda: “Begitulah surat itu diturunkan” sambil menyambung sabdanya: “Bahwa al-Qur’an ini diturunkan atas tujuh huruf maka bacalah yang paling mudah!”. [6]

  • حدّثنا مُحمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللّهِ بْنِ نُمَيْرٍ . حَدَّثَنَا أَبِي. حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي خَالِدٍ عَنْ عَبْدِ اللّهِ بْنِ عَيسَى بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ جَدِّهِ عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ: كُنْتُ فِي الْمَسْجِدِ. فَدَخَلَ رَجُلٌ يُصَلِّي. فَقَرَأَ قِرَاءَةٍ أَنْكَرْتُهَا عَلَيْهِ. ثُمَّ دَخَلَ آخَرُ. فَقَرَأَ قِرَاءَةً سِوَى قِرَاءَةِ صَاحِبِهِ. فَلَمَّا قَضَيْنَا الصَّلاَةَ دَخَلْنَا جَمِيعاً عَلَى رَسُولِ اللّهِ . فَقُلْتُ: إِنَّ هذَا قَرَأَ قِرَاءَةً أَنْكَرْتُهَا عَلَيْهِ. وَدَخَلَ آخَرُ فَقَرَأَ سِوَى قِرَاءَةِ صَاحِبِهِ. فَأَمَرَهُمَا رَسُولُ اللّهِ فَقَرَآ. فَحَسَّنَ النَّبِيُّ شَأْنَهُمَا. فَسُقِطَ فِي نَفْسِي مِنَ التَّكْذِيبِ. وَلاَ إِذْ كُنْتُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ. فَلَمَّا رَأَى رَسُولُ اللّهِ مَا قَدْ غَشِيَنِي ضَرَبَ فِي صَدْرِي. فَفِضْتُ عَرَقاً. وَكَأَنَّمَا أَنْظُرُ إِلَى اللّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَرَقاً. فَقَالَ لِي: «يَا أُبَيُّ أُرْسِلَ إِلَيَّ: أَنِ اقْرَإِ الْقُرْآنَ عَلَى حَرْفٍ. فَرَدَدْتُ إِلَيْهِ: أَنْ هَوِّنْ عَلَى أُمَّتِي. فَرَدَّ إِلَيَّ الثَّانِيَةَ: اقْرَأْهُ عَلَى حَرْفَيْنِ. فَرَدَدْتُ إِلَيْهِ: أَنْ هَوِّنْ عَلَى أُمَّتِي. فَرَدَّ إِلَيَّ الثَّالِثَةَ: اقْرَأْهُ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ. فَلَكَ بِكُلِّ رَدَّةٍ رَدَدْتُكَهَا مَسْأَلَةٌ تَسْأَلُنِيهَا. فَقُلْتُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لأُمَّتِي. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لأِمَّتِي. وَأَخَّرْتُ الثَّالِثَةَ لِيَوْمٍ يَرْغَبُ إِلَيَّ الْخَلْقُ كُلُّهُمْ. حَتَّى إِبْرَاهِيمُ ».

“Diriwayatkan dengan sanadnya dari Ubay bin Ka’ab ia berkata: “Aku berada di masjid, tiba-tiba masuklah lelaki, ia shalat kemudian membaca bacaan yang aku ingkari. Setelah itu masuk lagi lelaki lain membaca berbeda dengan bacaan kawannya yang pertama”. Setelah kami selesai s{alat, kami bersama-sama masuk ke rumah Rasulullah saw, lalu aku bercerita: “Bahwa si lelaki ini membaca bacaan yang aku ingkari dan kawannya ini membaca berbeda dengan bacaan kawannya yang pertama”. Akhirnya Rasulullah saw memerintahkan keduanya untuk membaca.

Setelah mereka membaca Rasulullah saw menganggap baik bacaannya. Setelah menyaksikan hal itu, terhapuslah dalam diriku sikap untuk mendustakan, tidak seperti halnya diriku ketika masa Jahiliyyah. Nabi menjawab demikian tatkala beliau melihat diriku bersimbah peluh karena kebingungan, ketika itu keadaan kami seolah-olah berkelompok-kelompok di hadapan Allah Yang Maha Agung.

Setelah melihat saya dalam keadaan demikian, beliau menegaskan pada diriku dan berkata: “Hai Ubay! Aku diutus untuk membaca al-Qur’a>n dengan suatu huruflahjah (dialek)”, kemudian aku meminta pada Jibril untuk memudahkan umatku, dia membacakannya dengan huruf kedua, akupun meminta lagi padanya untuk memudahkan umatku, lalu ia menjawab untuk ketiga kalinya. “Hai Muhammad, bacalah al-Qur’a>n dalam 7 lahjah dan terserah padamu Muhammad apakah setiap jawabanku kau susul dengan pertanyaan permintaan lagi”.

Kemudian aku menjawabnya: “Wahai Allah! Ampunilah umatku, ampunilah umatku dan akan kutangguhkan yang ketiga kalinya pada saat dimana semua makhluk mencintaiku sehingga Nabi Ibra>hi>m as”.[7]

  • حدثنا أَحْمَدُ بنُ مَنِيع أخبرنا الْحَسَنُ بنُ مُوسَى أخبرنا شَيْبَانُ عن عَاصِمٍ عن زِرِّ بنِ حُبَيْشٍ عن أُبيِّ بنِ كَعْبٍ ، قالَ: «لَقِيَ رَسُولُ الله جِبْرَيلَ، فَقَالَ: «يَا جِبْرَيلُ إِنِّي بُعِثْتُ إِلَى أُمَّةٍ أُمِّيينَ مِنْهُمْ العَجُوزُ وَالشَّيْخُ الكَبِيرُ وَالغلاَمُ وَالْجَارِيَةُ وَالرَّجُلُ الَّذِي لَمْ يَقْرَأْ كِتَاباً قَطُّ،» قالَ: يَا مُحمَّدُ إِنَّ القُرآنَ أُنْزِلَ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ» .

قال أبو عيسى: هذا حديثٌ حسنٌ صحيحٌ وقدْ رُوِي مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ عن أُبيِّ بنِ كَعْبٍ.

“Riwayat Ubay bin Ka’ab, ia mengatakan: “Rasulullah saw berjumpa dengan Jibri>l di gundukan Marwah”. Ia (Ka’ab) berkata: “Kemudian Rasul berkata kepada Jibri>l bahwa aku ini diutus untuk ummat yang ummy (tidak bisa menulis dan membaca). Diantaranya ada yang kakek-kakek tua, nenek-nenek bangka dan anak-anak”. Jibri>l menjawab: “Perintahkan, membaca al-Qur’a>n dengan tujuh huruf”. Imam al-Turmudhy mengatakan: “Hadith ini hasan lagi shahih”.[8]

Dari beberapa hadith yang disebutkan di atas, Tidak terdapat nas sarih yang menjelaskan maksud dari sab’ah ah{ruf. Sehingga menjadi hal yang lumrah kalau para ulama’, berdasarkan ijtihadnya masing-masing, berbeda pendapat dalam menafsirkan pengertiannya. al-Suyu>t{i> dalam kitabnya al-It{qa>n fi> al-’Ulu>m al-Qur’a>nmengatakan bahwa perbedaan ulama’ dalam masalah ini sekitar empat puluh pendapat.[9] Perbedaan ulama’ mengenai pengertian sab’ah ah{ruf ini tidak berasal dari tingkatan kualifikasi mereka atas hadith-hadith tentang tema dimaksud. Perbedaan itu justru muncul dari lafaz{sab’ah dan ah{ruf yang masuk kategori lafaz{-lafaz} mushtarak, yaitu lafaz{-lafaz{ yang mempunyai banyak kemungkinan arti, sehingga memungkinkan dan mengakomodasi segala jenis penafsiran. Selain itu juga disebabkan adanya fenomena historis tentang periwayatan bacaan al-Qur’a>n yang memang beragam.

D. Perbedaan Pendapat Para Ulama’ Tentang Pengertian kata ” Ah{ruf Sab’ah ” dalam Hadith

Disini banyak sekali pertentangan dan perselisihan pendapat. Berikut ini akan dikemukana sebagiannya seperti yang telah dijelaskan Dr. al-Sa>ih} ‘Ali> H}usain dalam kitabnya Madkhal al-Dira>sa>t al-Qur’a>niyah, sebagai beikut :[10]

1. Sebagian Ulama’ berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh bahasa dari kalangan orang Arab dalam pengertian yang sama. Dengan pengertian bahwa dialek orang-orang Arab dalam mengungkapkan suatu maksud itu berbeda-beda, sedangkan al-Qur’a>n datang dengan menggunakan lafaz}-lafaz{ menurut dialek tersebut. Kalau saja terdapat perbedaan, niscaya, al-Qur’a>n akan diturunkan dalam suatu lafaz{ saja. Adapun yang dimaksud tujuh bahasa menurut pendapat tersebut adalah bahasa: Quraisy, Saqif, Hawazan, Kina>nah, Tami>m, dan Yaman.

2. Sebagian ulama’ lainnya mengatakan bahwa, yang dimaksud dengan tujuh huruf ialah tujuh bahasa dari orang-orang Arab yang menjadi tempat al-Qur’a>n diturunkan., dengan pengertian bahwa al-Qur’a>n secara keseluruhan tidak keluar dari ketujuh bahasa tadi, yaitu : yang paling baik dikalangan Arab. Kebanyakan bahasa yang dipakai oleh al-Qur’a>n adalah bahasa Quraish, adapula yang Huzail, Saqi>f, Kina>nah, Tami>m dan Yaman.

3. Yang dimaksud dengan Tujuh Huruf adalah tujuh macam di dalam al-Qur’an. Namun, mereka berbeda pendapat dalam menentukan macam dan uslubpengungkapannya. Diantara mereka ada yang manyatakan bahwa bagian yang dimaksud adalah: Amr, Nahi>, Hala>l, Hara>m, Muhkan, Mutasha>bih dan “Amal. Sementara itu, ulama’ lainnya mengatakan:Wa’ad, Wa’i>d, Hala>l, Hara>m, Mawail, dan Ihtija>j. Pendapat lainnya mengatakan: Muhkam, Mutasha>bih, Nasi>kh, Mansu>kh, Khusu>s, Umu>m dan Qas{as}.

4. Tujuh huruf juga diartikan beberapa segi lafaz{ yang berbeda dalam satu kalimat dan satu arti seperti lafaz:Halumma, Aqbil, Ta’al, Ajjil, Asri’, ilayya, qurbi dan lain-lain. Lafaz{ yang tujuh tersebut memiliki satu pengertian yaitu perintah “datanglah”.

5. Ada juga yang mengartikan tujuh huruf dengan perbedaan dalam tujuh hal:

a. Perbedaan nama-nama dalam bentuk Mufrad, Mudhakkar, dan cabang-cabangnya . seperti dalam firman Allah swt :

tûïÏ%©!$#ur öNèd öNÎgÏF»oY»tBL{ öNÏdÏôgtãur tbqããºu ÇÑÈ

NÎgÏF»oY»tBL{ dibaca dalam bentuk jamak.

b. Perbedaan dalam tasrifanya, dari bentuk Ma>d{i>, Mud}a>ri’, dan Amar. Contoh firman Allah swt:

(#qä9$s)sù $uZ/u ôÏè»t/ tû÷üt/ $tRÍ$xÿór& (#þqßJn=sßuröNåk|¦àÿRr& öNßg»oYù=yèyfsù y]ƒÏŠ%tnr&öNßg»oYø%¨tBur ¨@ä. A-¨yJãB 4 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºsŒ ;M»tƒUyÈe@ä3Ïj9 9$¬7|¹ 9qä3x© ÇÊÒÈ

Kata باعد diartikan menjadi jauhkanlah karena statusnya sebagai fi’il Amar, sehingga artinya terlalu jauh.

c. Perbedaan dalam ibdal (pergantian), baik berupa pergantian huruf dengan huruf, atau lafaz{ dengan lafaz{. Contohnya :

8xù=sÛur 7ŠqàÒZ¨B ÇËÒÈ

Bisa dibaca : وطلع

d. Perbedaan dalam Taqdi>m dan Ta’khi>r yang adakalanya bentuk huruf, dan adakalanya bentuk kalimah.

ôNuä!%y`ur äotõ3y ÏNöqyJø9$# Èd,ptø:$$Î/ ( y7Ï9ºsŒ $tB|MYä. çm÷ZÏB ßÏtrB ÇÊÒÈ

Bisa dibaca : وجائت سكرة الموت بالحق

e. Perbedaan dari segi I’ra>b. Contoh firman Allah swt :

$¬Hs>sù ôMyèÏJy £`Ïd̍õ3yJÎ/ ôMn=yör& £`ÍköŽs9Î)ôNytGôãr&ur £`çlm; $\«s3GãB ôMs?#uäur ¨@ä. ;oyÏnºur£`åk÷]ÏiB $YZŠÅj3Å ÏMs9$s%ur ólã÷z$# £`ÍköŽn=tã ($¬Hs>sù ÿ¼çmuZ÷ƒr&u ¼çmtR÷Žy9ø.r& z`÷è©Üs%ur£`åkuÏ÷ƒr& z`ù=è%ur |·»ym ¬! $tB #x»yd #·Ž|³o0 ÷bÎ) !#x»ydžwÎ) Ô7n=tB ÒOƒÌx. ÇÌÊÈ

Ibnu Mas’u>d membacanya dengan rafa’ما هذا بشر

f. Perbedaan dari segi penambahan dan pengurangan.Seperti firman Allah swt:

$tBur t,n=y{ tx.©%!$# #Ós\RW{$#ur ÇÌÈ

Dibaca والذكر والأنثى dengan membuang lafaz ما خلق

g. Perbedaan lahjah yang cenderung ke bacaanTafkhi>m (tebal) dan Tarqi>q (tipis), seperti dalam firman Allah swt :

ö@yd y79s?r& ß]ƒÏym #ÓyqãB ÇÊÎÈ

Perbedaan yang terakhir ini dikemukakan oleh imam al-Razi> dan didukung oleh Ibnu Qatabah, Ibnu Jaza>ri> dan Ibnu T{ayyib.[11]

E. Analisa

Menurut mayoritas ulama’, pendapat yang mendekati kebenaran adalah pendapat ke-empat yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh bahasa. Seperti : Aqbil, Ta’al, Halumma, Ajjil, dan Asri’, Ilayya, Qurbi> dan lain-lain. Lafaz{-lafaz} tersebut berbeda tapi tunggal semakna. Pendapat ini didukung oleh Sufya>n bin ‘Uyaynah, Ibnu Jari>r, Ibnu Waha>b dan masih banyak ulama’ lainnya. [12]

Pendapat ini juga didukung dengan hadith :

حدّثنا عبد الله حدَّثني أبي حدثنا عفان حدثنا حماد بن سلمة أنبانا علي بن زيد عن عبد الرحمن بن أبي بكرة عن أبي بكرة : «أن جبريل عليه السلام قال: يا محمد، اقرأ القرآن على حرف، قال ميكائل عليه السلام: استزده، فاستزاده، قال: اقرأه على حرفين، قال ميكائيل: استزده، فاستزاده حتى بلغ سبعة أحرف، قال: كل شاف كاف ما لم تختم آية عذاب برحمة، أو آية رحمة بعذاب، نحو قولك تعال وأقبل، وهلم واذهب، وأسرع وأعجل».

Diriwayatkan dari Abi> Bakrah: ” Jibri>l Berkata : Hai Muhammad aku akan bacakan al-Qur’a>n dengan satu huruf. Lalu Mika>ii>l berkata: Tambahkan lagi untuknya. Jibri>l berkata: aku akan menambahkannya dua huruf lagi. Kemudian Mika>ii>l berkata: Tambah lagi. Akhirnya Jibri>l menambahnya sampai denga tujuh huruf. Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya al-Qur’a>n ini diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah semampunya dan tidak berdosa. Tetapi jangan sekali-kali mengakhiri dzikir rahmat dengan ‘adza>b atas dzikir ‘adza>b dengan rahmat, seperti ucapanmu: Ta’al, Aqbil, Halumma, Izhab, Asri’ dan A’jil“.[13]



[1] Manna’ al-Qattan, Maba>hith fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, (Beirut: al-’Asr al-Hadith, 1973), 156

[2] Muhammad bin Ismail al-Bukhari, S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, juz. 3, (Beirut: Dar al-Kutub, 2004), 1176

[3] Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997). 254-255.

[4] Ibid.

[5] Muhammad Abdul ‘Adhim al-Zarqani, Manahil al-’Irfan, (Beirut: Dar al-Fikr, 1988)154.

[6] Muhammad bin Ismail al-Bukhari, S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, juz. 2. 851

[7] Muslim al-Hajjaj, Sahih Muslim, juz. 6 (Beirut: Dar al-Kutub, 1992). 83

[8] Muhammad bin Isa al-Turmudi, Sunan al-Turmudi, juz. 8 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1994). 222

[9] Jalal al-Din al-Suyuti, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, juz. 1 (Beirut: Dar al-Fikr, 1951). 45

[10] al-Sa>ih{ ‘Ali> H}usain, Madkhal al-Dira>sat al-Qur’aniyah, (Tripoli: Da’wah Islamiyah, 2000). 140-145.Lihat juga, Muhammad Ali al-Sabuni, Studi Ilmu al-Qur’an, Terj. Aminuddin, (Bandung: Pustaka Setia, 1999). 363.

[11] Rosihan Anwar, Samudra al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2001). 125-127.

[12] Manna’ al-Qattan, Maba>hith fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. 162

[13] Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, juz. 6., (Kuwait: Maktabah Dar al-Aqsa.1985). 37


 
Cheap Web Hosting | new york lasik surgery | cpa website design