Tidak ada kebaikan bagi pembicaraan kecuali dengan amalan.
Tidak ada kebaikan bagi harta kecuali dengan kedermawanan.
Tidak ada kebaikan bagi sahabat kecuali dengan kesetiaan.
Tidak ada kebaikan bagi shadaqah kecuali niat yang ikhlas.
Tidak ada kebaikan bagi kehidupan kecuali kesihatan dan keamanan

Kamis, 22 Juli 2010

KISAH CINTA SEORANG MUSLIM; CINTA SESAMA MUSLIM SEBAGIAN DARI IMAN

A. CINTA SESAMA MUSLIM SEBAGIAN DARI IMAN

1. Terjemahan hadist :
“Anas r.a berkata bahwa nabi SAW. Bersabda, “tidaklah termasuk beriman seseorang diantara kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana is mencintai dirinya sendiri.” ( H.R Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i )

2. Penjelasan
Seorang mukmin yang ingin mendapatkan rida Allah SWT. Harus berusaha untuk melakukan perbuatan – perbuatan yang diridai-Nya.
Salah satunya adalah mencintai sesama saudaranya seiman seperti ia mencintai dirinya, sebagaimana dalam hadist diatas.
Namun demikian hadist tidak dapat diartikan bahwa seorang mukmin yang tidak mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri berarti tidak beriman. Maksud pertanyaan pada hadist diatas. “tidaklah sempurna keimanan seseorang “, jika tidak mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Jadi, haraf nafi pada hadist tersebut berhubungan dengan ketidaksempurnaan.
Hadist diatas juga menggambarkan bahwa islam sangat menghargai persaudaraan dalam arti sebenarnya. Persaudaraan yang datang dari hati nuranu, yang dasarnya keimanan dan bukan hal- hal yang lain, sehingga betul – betul merupakan persaudaraan murni dan suci. Persaudaraan yang abadi seabadinya iman kepada Allah SWT. Dengan kata lain, persaudaraan yang didasarkan lillah, sebagaimana diterangkan dalam banyak hadist tentang keutamman orang yang saling mencintai karena Allah SWT, diantaranya :

“Abu Hurairah berkata, Rasullulah SAW bersabda, ‘pada hari kuamat Allah SWT. Akan berfirman’ dimanakah orang yang saling terkasih sayang karena kebesaran-Ku, kini Aku naungi dibawah naunganku,pada saat tiada naungan, kecuali naungan-Ku
Orang yang mencintai saudaranya karena Allah SWT akan memandang bahwa durinya merupakan salah satu anggota masyarakat, yang harus membangun suatu tatanan untuk kebahagiaan bersama. Apapun yang dirasakan oleh saudaranya, baik kebahagiaan maupun kesengsaraanya juga. Dengan demikian, terjadi keharmonisan hubungan antar individu yangakan memeperkokoh persatuan dan kesatuan. Dala hadist lain, Rasullulah SAW, menyatakan:

sesungguhnya antara seseorang mukmin dengan mukmin lainya bagaikan bangunan yang saling melengkapi ( memperkokoh ) satu sama lainya”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Masyarakat seperti itu, telah dicontjkkan pada zaman Rasullulah SAW. Kaum anshar dengan tulus ikhlas menolong dan merasakan penderitaan yang dirasakan loeh kaum muhajirin sebagai penderitaanya. Perasaan seperti itu bukan didasarkan keterkaitan darah atau keluarga,tetapi didasarkan pada keimanan yang teguh. Tak heran kalau mereka rela memberikan apa saja yang dimilikinya untuk menolong saudaranya dari kaum Muhajirin, bahkan ada yang menawarkan salah satu istrinya untuk dinikahkan kepada kaum muhajirin.
Persaudaraan seperti itu sungguh mencerminkan betapa kokoh dan kuatnya iman seseorang. Ia selalu siap menolong saudaranya seiman tanpa diminta, bahkan tidak jarang mengorbankan kepentingannyta sendiri demi menolong saudaranya. Perubahan baik seperti irtulah yang akan mendapat pahala besar disisi Allah SWT, yakni memeberikan sesuatu yang sangat di cintainya kepada saudaranya seiman dengan dirinya sendiri.
Allah SWT Berfirman:

“ kamu sekali – kali tidak sampai kepada kebejikan (yang sempurna ). Sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa yang kamu nafkahkan, sesunggihnya Allah mengetahuinya”.(Q.S.Al- imran :92)
Sebaliknya orang – orang mukmin yang egois, yang hanya mementingkan kebahagiaanya dirinya sendiri, pada hakikatnya tidak memiliki keimanan yang sesungguhnya. Hal ini karena perbuetan seperti itu merupakan perbuatan orang kufurdan tidak disukai Allah SWT. Tidaklah cukup dipandang mukmin yang taat sekalipun khusyuk dalam shalat atau melaksanakan semua rukun iman bila tidak peduli terhadap nasib saudaranya sendiri.
Namun demikian, mencintai seseorang mukmin, sebagaimana dikatakan diatas, harus didasari lillah. Oleh karena itu, harus tetap mencintai saudaranya seiman sehingga ia mau menolong saudaranya tersebut dalam berlaku maksiat dan dosa kepada Allah SWT.
Sebaliknya, dalam mencintai sesama muslim, harus mengutamakan saudara – saudaranya yang seiman yang betul – betul taat kepada Allah SWT. Rasullulah SAW Memberikan contoh siapa saja yang harus terlebuh dahulu dicintaiyakni mereka yang berilmuorang – orang terkemuka, orang – orang yang suka berbuat kebaikan, dan lain – lainya sebagaimana dalam hadist:

“Abdullah ibn Mas’ud r.a, ia berkata Rasulullah SAW bersabda, hendaknya mendekat kepadaku orang – orang dewasa dan yang pandai, ahli – ahli pikir. Kemudian berikutnya lagi. Awaslah! Janganlah berdesak – desakan seperti orang – orang pasar. (HR. Muslim)
Hal ini tidak berearti diskriminatif karena islam pun memerintahkan umatnya untuk mendekati orang – orang yang suka berbuat maksiat vdan memberi nasihat kepada mereka atau melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar.

3. Kesimpulan
Salah satu tanda kesempurnaan iman seseorang mukmin ialah mencintai saudaranya sendiri sebagaiman ia mencintai dirinya sendiri. Hal itu direalisasika dalam kehidupan sehari – hari dengan berusaha untuk menolong dan merasakan kesusahan maupun kebahagiaansaudaranya seiman yang didasarkan atas keimanan yang teguh kepada Allah SWT.
Dia tidak berfikir panjang untuk menolong saudaranya sekalipin sesuatu yang diperlukan saudaranya adalah benda yang paling di cintainya. Sikap ini timbul karena ia merasakan adanya persamaanantara dirinya dan saudaranya seiman.

B. CIRI SEORANG MUSLIM TIDAK MENGGANGGU ORANG LAIN

1. Terjemahan Hadist
“Abdullah Bin Umar berkata bahwa Nabi SAW telah bersabada “ seorang muslim adalah orang yang menyebabkan orang – orang islam ( yang lian ) selamat dari lisan dan tanganya dan orang yang hijrah dari apayang telah dilarang oleh Allah SWT”. (H.R Bukhari, Abu Dawud, Dan Nasa’i)
2. Penjelasan
Hadist diatas mengandung dua pokok bahasan yakni, tentang hakekat seorang muslim, dalam membina dengan sesama muslim dalam kehidupan sehari – hari, dan juga menjelaskan hakekat hijra dalam pandangan islam.
Orang mengucapkan dua kalimah sahadah telah tergolong muslim. Akan tetapi, untuk dikatakan muslim yang sebenarnya (haqiqi), ia harus memiliki tingkah laku yang sesuai dengan ketentuan islam, tanpa memilih atau membedakan syari’at yang disukai atau yang tidak disukai olehnya.
Tidaklah dikatakan sempurna keislaman seseorang jika ia memperhatikan ibadah ritual yang berhubungan dengan Allah SWT, tetapi melupakan atau meremehkan hubunganya dengan menusia. Dalam Al Quran banyakayat yang mengatur tentang hal ini sehingga tercipta keharmonisan hidup, tidak terjadi pertentangan ata bantrokan sesama muslim.
Dalam hadist diatas dinyatakan bahwa seorang muslim adalah orang yang mampu menjaga dirinya sehingga orang lain selamat dari kezaliman atau perbuatan jelek tangan dan mulutnya dengan kata lain, ia harus berusaha agar saudaranya sesama muslim tidak merasa disakiti oleh tanganya, baik fisik seperti dengan memukulnya, merusak harta bendanya dan lai – lain ataupun dengan lisanya. Kalaupun ia pernah menyakiti saudaranya tanpa disengaja, ia harus segera memberikan pertolongan sesuai dengan kemampuananya.
Adapun menyakiti orang lain dengan ucapan atau lisanya, misalnya dengan memfitnah atau cacian, umpatan, hinaan dan lain – lain. Perasaan yang sakit disebabkan oleh ucapan lebih sulit dihilangkan dari pada sakit akibat pukulan fisik. Tidak jarang terjadi perpecahan, perkelahian bahkan kekurangan di berbagai daerah akibat tidak dapat mengatur lisanya sehingga menyebabkan orang lain sakit hati. Salah satu pepetah arab mengatakan :

“Keselamatan seseorang ialah dengan menjaga lisanya”.
Dengan demikian harus berusaha untuk tidak menyakiti saudaranya dengan cara apapun dan kapanpun. Sebaliknya, ia selalu berusaha menolong dan menyayangi saudaranya seiman sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Hal ini karena menjaga orang lain, baik fisik maupun perasaanya yang sangat pentingdalam islam. Tidak heran kalau amalan sedekah akan batal jika disertai sikap yang dapat menyakiti mereka yang diberi sedekah. Allah SWT Berfirman :

“ Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut dan menyakiti (perasaan si penerima)”. (Q.S Al Baraqah : 264)
Oleh karena itu, setiap muslim harus berhati hati dalam bertingakah laku jangan asal berbicara bila tidal ada manfaatnya. Janganlah berbuat bila sesuatu bila hanya menyebabkan penderitaan orang lain. Karena segala tindakan dan perbuatan akan dimintai pertanggung jawabanya kelak di akhirat sebagaimana dalam Firmanya:

“ Dan janganlah kamu menyakiti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentengnya. Sesungguhnya pendengaran, pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanmya itu akan diminta pertanggung jawabanya”. (Q.S Al Isra : 39)
Disamping itu, jika seseorang berbuat dosa pada sesama muslim, Allah SWT tidak akan mengampuni dosanya sebelum oarng yang pernah disakiti itu memaafkanya.
Dalam hadist diatas juga diterangkan tentang hijrah yaituy bahwa hijrah yang sebenarnya bukanlah berpindah tempat sebagaimana bayak diphami orang, melainkan berpundah dari kejelekan menuju kebaikan.
Memang sangat berat bagi orang yang terbiasa melakukan sesuatu agama atau terbiasa tidak melakukan sesuatu yang telah diperintahkan oleh agama untuk merubah perilakunya, padahal dia mengakui bahwa dirinya beriman. Dalam hati kecilnya ia mengakui bahwa perbuatan yang selama ini dilakukanya adalah alah. Akan tetapi, kalai didasari dengan niat yang betul semuanya akan mudah. Ia akan berpindah dari jalan yang dimurkai Allah SWT. Menuju jalanyang diridhainya. Allah SWT pastinya akan menyertai orang – orang yang taat padanya dan memberikan pahala dan kebahagiaan kepada mereka. Sebagaimana Firmanya :

“ Orang – orang yang beriman dan berhijrah dijalan Allah dengan harta mereka dan jiwa mereka adalah lebih tinggi derajatnyadisisi Allah: dan itulah orang – orang yang mendapat kemenangan”. (Q.S At Taubah : 20)
Hijrah juga dapat diartikan sebagai perjalanan panjang untuk meraih masa depan yang lebih cerah. Dapat juga diartikan sebagai perjalanan untukmendapat ridha-Nya. Untuk menempuh suatu perjalanan yang perlu bekal yang cukup. Bekal tersebut dalam islam adalah aqidah yang kuat. Orang yang kuat imanya tidak akan mudah tergelincir pada perbuatan yang salah, ia akan segera terhijrah dari perbuatan jelek tersebut kepada perbuatan – perbuatan baik, sesuai perintah-Nya.
a. Lisan
Lisan itu sangat penting serta sangat menentukan bagi kesealamatan dirimu dan semua orang. Banyak orang terjerumus kehinaan, kesengsaraan, dan siksaan api neraka dengan kepala terjungkir akibat ucapan – ucapan lisanya. Ada beberapa cara agar menjaga lisan kamu antara lain :
• Berbohong atau bedusta
• Ingkar janji
• Menggunjing (ghibah) orang lain
• Berbantah dan bertengkar
• Memuji diri sendiri
• Mencela atau mengutuk
• Mendoakan buruk kepada sesamanya
• Senda gurau, mengejek da berolok – olok kepada sesama manusia
b. Tangan
Peliharalah kedua tanganmu dari memukul sesama islam dan dari menerima harta-harta haram janganlah mempergunakanya untuk menyakiti makhluk Allah SWT. Melanggar amanat serta titipan atau menulis hal-hal yang tidak di perkenankan mengucapkanya, peliharalah benar-benar kedua tanganmu sebagaimana engkau menjaga lisanmu.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Cheap Web Hosting | new york lasik surgery | cpa website design