Tidak ada kebaikan bagi pembicaraan kecuali dengan amalan.
Tidak ada kebaikan bagi harta kecuali dengan kedermawanan.
Tidak ada kebaikan bagi sahabat kecuali dengan kesetiaan.
Tidak ada kebaikan bagi shadaqah kecuali niat yang ikhlas.
Tidak ada kebaikan bagi kehidupan kecuali kesihatan dan keamanan

Sabtu, 11 Desember 2010

For Love

“Aku memiliki seorang teman yang sangat sopan dan baik hati. kami sering tukar-menukar diktat kuliah dan saling melengkapi catatan yang kami miliki. Pada suatu ketika dia meninggalkan sebuah puisi di notebook milikku. Setelah itu dia mengatakan dengan terus terang bahwa dia sebenarnya tertarik kepadaku dan mencintaiku. Tanpa aku sadari, aku juga sering memikirkannya. Sekarang, seiring dengan berakhirnya masa ujian, aku merasa ingin terus bersamanya dan tak ingin berpisah dengannya. Pada dasarnya dia memang ingin menjalin hubungan denganku. Hanya saja, pernasalahannya adalah, masa depannya belum jelas. Oleh karena itu, aku ingin menemuinya dan mengatakan terus terang kepadanya bahwa aku akan menunggu dan menikah dengannya. Akan tetapi, aku ingin melakukan hal itu tanpa harus melakukan tindakan yang terlarang. Apa yang harus aku lakukan?”
Saya tidak pernah meragukan kesungguhan teman Anda tersebut ataupun kebenaran cintanya. Hanya saja, perlu Anda ingat bahwa sebelumnya Anda telah menganggapnya sebagai teman biasa sebelum dia menyatakan cintanya. Setelah itu, dia menyatakan cintanya sehingga Anda pun menunjukkan reaksi yang sama. Dengan kata lain, motif utama Anda menunjukkan reaksi yang sama kepadanya adalah karena Anda ingin menjalin kisah cinta dengannya. Sekarang, segalanya telah berkembang dan menjadi ingin sselalu bersamanya meskipun kuliah sedang libur. Tentu saja, di tengah-tengah kebersamaan tersebut kalian akan saling mengucapkan kata-kata cinta --- atau malah kata-kata mesra. Dan, hal itu bisa saja berubah menjadi saling berpegangan tangan atau tindakan-tindakan tidak etis lainnya. Barangkali Anda akan protes dan mengatakan: Akan tetapi, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Realitanya, permulaan yang salah selamanya tidak akan pernah mengantarkan pada kebenaran… Maka tidak ada pilihan lain melainkan meyakinkan keseriusan seorang pemuda dan mempertanyakan apakah dia tidak hanya ingin main-main saja, kemudian berpindah kepada gadis lain untuk memuaskan nafsunya. Selain itu, perlu juga kiranya meyakinkan kemampuannya untuk mengubah impiannya—menjalin hubungan pernikahan—menjadi kenyataan, dalam waktu yang masih bisa dibilang wajar. Tidak wajar jika seorang gadis harus berlarut-larut menunggu seorang lelaki tanpa ada kepastian yang jelas. Karena bisa saja perasaan keduanya telah mengalami perubahan selama penantian yang tak pasti tersebut. Cinta keduanya juga bisa luntur ditelan kenyataan yang ada. Oleh karena itu, perlu kiranya menentukan batas waktu tertentu agar semuanya menjadi jelas. Selama itu pula, seorang gadis harus benar-benar mengerti bahwa hubungannya dengan pemuda tersebut tidak akan mampu memberikan hak-hak atau keistimewaan tertentu kepadanya. Oleh karena itu, pemuda tersebut tidak berhak mengucapkan kata-kata mesra kepadanya. Keduanya juga tidak boleh melakukan hal-hal yang kurang etis, meskipun hanya sekilas dan kelihatan sepele. Juga meskipun pemuda itu mengharapkannya dari sang gadis dengan alasan bahwa hal itu merupakan bukti kecintaan sang gadis kepadanya atau keinginannya yang kuat untuk mempertahankannya. Jika dia mengatakan hal itu, maka yang dia katakan itu adalah bohong. Pada kenyataanya, orang yang benar-benar mencintai tidak akan menjerumuskan kekasihnya ke dalam lembah haram. Sebaliknya, dia akan berusaha sekuat tenaga untuk memerangi nafsunya dan melindungi kekasihnya dari setiap ucapan atau tindakan yang bisa mendatangkan kemarahan Allah. Oleh karena itu, saya berharap Anda mau mengintropeksi diri dengan jujur, lalu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini. Apakah pemuda itu memang tipe lelaki yang Anda idam-idamkan untuk menjadi pendamping hidup Anda, atau Anda hanya ingin menikmati waktu yang indah bersamanya? Apakah Anda yakin, Anda lebih membuka mata terhadap kekurangan-kekurangan yang dimilikinya daripada kelebihannya? Apakah Anda yakin akan bisa bertindak positif terhadap kekurangan-kekurangan tersebut? Apakah Anda tidak akan mengubahnya demi kepentingan pribadi Anda, ataukah pada saatnya nanti Anda akan berusaha mengubahnya? Pada kenyataannya, tidak ada orang mampu mengubah orang lain. Karena seseorang tidak akan berubah kecuali jika dia merasa rugi dengan perilaku yang dia lakukan dan berusaha—dengan sabar dan penuh kesungguhan—untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang dimilikinya sehingga dia terhindar dari kerugian semacam itu. Saya berharap Anda tidak menipu diri Anda sendiri. Saya juga berharap Anda bisa melindungi diri Anda dari kerugian agama, apa pun bentuknya. Orang yang bijak adalah orang yang sadar bahwa dia bisa mati, kapan pun Allah menghendaki hal itu, dan akan memerangi nafsunya sehingga dia tidak terjatuh ke dalam lembah haram atau hal-hal yang dekat dengannya, baik yang berbentuk ucapan maupun perbuatan. Adapun jika Anda ingin menikah dengannya dan Anda telah yakin dengan kesungguhannya serta telah yakin bahwa dia akan mampu mengubah mimpinya ke dalam realita dalam waktu yang masih bisa dibilang wajar, maka katakanlah hal itu kepadanya. Dengan syarat, Anda tidak akan menemuinya di luar kompleks perkuliahan. Jangan biarkan dia melakukan hal-hal kurang etis, meskipun Anda juga menginginkan hal itu. Percayalah bahwa Allah akan menggantinya dengan yang lebih banyak lagi pada saat yang tepat nanti. Percayalah bahwa kepuasan yang diperoleh dengan cara yang halal lebih indah, lebih baik, dan lebih langgeng bila dibandingkan dengan kepuasan yang didapatkan dengan cara yang haram dan mencuri-curi kesempatan. Semoga Allah menjaga diri Anda.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Cheap Web Hosting | new york lasik surgery | cpa website design