Wanita yang cantik? Banyak. Akan
tetapi, apakah semua mereka itu mulia dan bahagia dengan kecantikan yang
mereka miliki? Alangkah banyaknya kita lihat wanita cantik tapi hina.
Tidak sedikit wanita berparas menawan, tapi sengsara.
Hal ini
mengingatkan kita kepada kisah seorang ratu kecantikan yang akhirnya
mati bunuh diri. Berarti kecantikan fisik tidak menjamin seseorang akan
mulia dan bahagia. Karena kecantikan itu akan mengeriput seiring dengan
berjalannya waktu. Punah seiring dengan datangnya ajal. Tapi ada satu
kecantikan yang hakiki, kecantikan yang tak akan lekang oleh panas, tak
lapuk oleh hujan, kecantikan yang lebih anggun daripada rembulan malam,
dan kecantikan yang tak akan punah dengan berakhirnya kehidupan. Itulah
kecantikan yang dimiliki oleh wanita salehah.
Wanita salehah
adalah wanita yang mampu meraih kemuliaan bukan dengan kecantikan wajah.
Bukan pula dengan keelokan tubuh. Tidak juga dengan banyaknya
perhiasan. Dalam Islam, ketiga hal tersebut adalah fitnah (ujian)
bagi wanita, yang disamping bisa membawanya menuju kemuliaan, juga bisa
menyeretnya ke lembah kebinasaan. sehingga tidak sedikit kita lihat,
banyak wanita yang terjebak dengan anggapan bahwa keelokan fisik adalah
segala-galanya. Mereka menganggap bahwa kemuliaan dan kebahagiaan akan
didapat bila berwajah cantik, kulit yang putih, dan tubuh yang ramping.
Maka tidak aneh kalau banyak ditemukan wanita yang mati-matian
memperputih kulitnya, mengoperasi plastik bagian tubuhnya,
menghambur-hamburkan berjuta-juta uang demi mengejar prestise. Bagi yang
tidak mampu, mereka menjadi rendah diri dan merasa tereliminasi dari
pergaulan. Padahal, kecantikan dan kemolekan tubuh tidak dapat dijadikan
tolok ukur kemuliaan. Lebih jauh lagi, semua itu tidak bisa menjamin
seseorang akan bahagia.
Sesungguhnya kemuliaan yang diraih
seorang wanita salehah adalah karena kemampuannya untuk menjaga
martabatnya (‘iffah) dengan hijab serta iman dan takwa. Ibarat sebuah
bangunan, ia akan berdiri lama jika mempunyai pondasi yang kokoh.
Andaikan pondasi sebuah bangunan itu tidak kokoh, maka seindah dan
semegah apapun, pasti akan cepat runtuh. Begitu juga dengan iffah yang
dimiliki oleh seorang wanita, dengan iman dan takwa merupakan pondasi
dasar untuk meraih kemulian-kemulian lain.
Dengan iffah, seorang muslimah akan selalu menjaga akhlaknya.
Salah satu ciri bahwa imannya kuat adalah kemampuannya memelihara rasa
malu. Sebagaimana terukir dalam hadis Nabi Sallallahu 'alaihi Wasallam. :
”Malu dan iman itu saling bergandengan, jika hilang salah satunya, maka
hilanglah bagian yang lain.” (HR. Hakim dan At-Thabari).
Adanya rasa malu, membuat segala tutur kata dan tindak tanduknya selalu
terkontrol. Ia tidak akan melakukan sesuatu yang menyimpang dari
bimbingan Al-Quran dan Sunnah. Sehingga dengan akhlak yang dimiliki, ia
lebih harum daripada kesturi.
Dengan iffah, seorang muslimah
akan sadar betul bagaimana cara bersikap dan bertutur kata. Tidak ada
dalam sejarah, seorang wanita salehah centil, suka jingkrak-jingkrak dan
menjerit-jerit saat mendapatkan kesenangan. Ia akan sangat menjaga
setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh
makna dan bermutu tinggi.
Dengan iffah, apapun ibadah yang dilakukan penuh dengan keikhlasan.
Ketika memberikan senyuman kepada orang lain, tetap proporsional
(pada tempatnya). Tidak semua laki-laki yang dijumpai diberikan
senyuman manis, karena senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan
tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain.
Karena iffah, seorang
muslimah bisa lebih bersabar dengan musibah-musibah yang menimpa diri,
dan tidak pernah mengeluh dan sedih dengan kegetiran-kegetiran yang
datang bertubi-tubi. Karena sesungguhnya ia yakin, indahnya hidup akan
terasa dengan adanya kesulitan dan rintangan. Ia sepenuhnya percaya
bahwa bersama kesulitan itu ada kemudahan. Ia benar-benar meresapi,
bahwa Allah jika mencintai seorang hamba, Dia akan mendatangkan cobaan
kepadanya. Dan siapa yang rela dengan ujian itu, maka ia akan memperoleh
ridha dari Allah. Namun siapa yang tidak rela dengan cobaan itu, maka
Allah akan murka. Ia akan selalu mengambil hikmah dari setiap masalah
dan kejadian-kejadian di sekelilingnya.
Masih banyak kemuliaan-kemuliaan lain yang akan lahir dari kemampuan
menjaga iffah. Itulah pondasi kemuliaan bagi seorang wanita salehah.
Mulialah wanita salehah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi
keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat,
Allah akan menjadikannya bidadari di surga. Kemuliaan wanita salehah
digambarkan Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam . dalam sabdanya,
“Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita
salehah.” (HR. Muslim).
Jika ingin mendapatkan kemuliaan sebagai wanita salehah, maka
sesungguhnya kemuliaan itu hanya dapat diraih manakala ia memiliki
kemampuan untuk menjaga martabatnya dengan iman, menerima semua karunia
yang Allah berikan, menghijab dirinya dari kemaksiatan, menghiasi semua
aktivitasnya dengan ibadah, dan memberikan yang terbaik terhadap sesama.
Seorang wanita yang mampu melakukan itu, ia akan mulia disisi Allah dan
terhormat di hadapan manusia.
Belajarlah dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui.
Ambil ilmu dari mereka. Kita juga dapat mencontoh kepribadian dari
figur-figur mulia yang mendapatkan tempat terhormat di tengah-tengah
umat hingga kini. Khadijah ra. misalnya, yang namanya terus berkibar
sampai sekarang, bahkan setiap anak wanita dianjurkan untuk
meneladaninya.
Terkenalnya seorang Khadijah bukan karena
kecantikan wajahnya, namun karena pengorbanannya yang demikian fenomenal
dalam mendukung perjuangan dakwah Rasulullah Sallallahu 'alaihi
Wasallam. Begitu pun Aisyah ra., salah seorang istri Nabi dan juga
seorang cendikiawan muda. Darinya para sahabat mendapat banyak ilmu. Ada
pula Asma binti Yazid, seorang mujahidah yang membinasakan sembilan
tentara Romawi di perang Yarmuk, hanya dengan sebilah tiang kemah.
Masih banyak wanita mulia yang berkarya untuk umat pada masa-masa
berikutnya. Keharuman dan keabadian nama mereka disebabkan oleh
kemampuan mengembangkan kualitas diri, menjaga iffah (martabat), dan
memelihara diri dari kemaksiatan. Sinar kemuliaan mereka muncul dari
dalam diri, bukan fisik. Sinar inilah yang lebih abadi. Bagi mereka,
fisik hanya perhiasan saja yang pada waktunya akan hancur, sehingga
fisik seperti apapun tidak banyak mempengaruhi kehidupan mereka. wallâhu
a’lam Bishawab ...
___¶**¶_____________¶**¶__
___________*¶*___*¶*_____*
__________*¶*_______*¶*¶*_
_________*¶*__________*___
_________*¶*______________
_________*¶*________ اﷲ___ اﷲ_____*¶*
__________*¶*_____________
___________*¶*____________
_____________*¶*_____*____
______________*¶*_________
________________*¶*_______
__________________*¶*___*¶
____________________*¶_*¶*
______________________*¶
♥•*¨*•♥•*¨*•♫♥•* Ummu ‘Aliyatul ‘Iffah *•♥♫•*¨*•♥•*¨*•♥
♥•*¨*•♥•*¨*•♫•* Thufail Na'im Ar'Syahid *•♫•*¨*•♥•*¨*•♥
Silahkan Kunjungi Juga Blog "BDMCS" Bidadari Dunia Mencari Cinta Sejati-Nya "
http://abu-azvhirandha.blo
Rabu, 28 September 2011
IFFAH " Lambang Kemuliaan Wanita "
Posted by Dini Ariani on 23.42
0 komentar:
Posting Komentar