Sidang penentuan itu pun datang. Amru dan Magdi datang dengan wajah tenang. Syaikh Ahmad dan isterinya juga datang. Orang-orang Indonesia di Mesir banyak yang datang. Namun Maria, dan Aisha belum juga datang. Sudah dua puluh menit menunggu mereka belum juga kelihatan. Noura dan keluarganya beberapa kali memandangku dengan pandangan yang merendahkan. Apapun yang akan terjadi aku pasrah kepada Tuhan.
Akhirnya hakim memulai sidang. Sambil menunggu Maria datang, Amru mengajukan Syaikh Ahmad dan isterinya sebagai saksi. Mereka berdua tampil bergantian memberikan kesaksian. Ummu Aiman, isteri Syaikh Ahmad menangis saat memberikan kesaksiannya. Ia merasa sangat sakit hatinya atas apa yang dilakukan Noura. Sambil terisak dan sesekali menyeka matanya Ummu Aiman berkata, “Entah dengan siapa Noura melakukan perzinahan. Tapi jelas bukan dengan Fahri. Apa yang dikatakan Noura bahwa Fahri memperkosanya adalah fitnah yang sangat keji. Noura sungguh gadis yang tidak tahu diri. Ia telah ditolong tapi memfitnah orang yang dengan tulus hati menolongnya. Aku hanya bisa bersaksi bahwa selama Noura di Tafahna ia menceritakan kejadian malam itu dan tidak pernah menyebut bersama Fahri dari jam tiga sampai azan pertama. Ia bercerita malam itu ia bersama Maria sampai pagi. Jika pengadilan ini akhirnya memenangkan seorang pemfitnah maka kelak di hari kemudian seorang pemfitnah akan dibinasakan oleh keadilan Tuhan.”
Kulihat reaksi Noura. Dia hanya menundukkan kepala. Sementara ayah dan ibunya menatap Ummu Aiman tanpa kedip dengan tatapan garang dan kebencian. Jaksa penuntut mencerca Ummu Aiman dengan beberapa pertanyaan dan Ummu Aiman menjawabnya dengan tenang. Beberapa kali ia menjawab,
‘Tidak tahu!’
Ketika Ummu Aiman turun dari memberikan kesaksian, Maria datang. Ia duduk di atas kursi roda didorong oleh adiknya Yousef. Di iringi Aisha, Tuan Boutros, Madame Nahed, Paman Egbal, Bibi Sarah, dan seorang polisi berdasi yang gagah. Melihat Maria datang serta merta Syaikh Ahmad bertakbir diikuti oleh gemuruh takbir orang-orang Indonesia. Polisi berdasi langsung mendekati Syaikh Ahmad berbincang sebentar lalu mendekati Amru. Dia tampak menyerahkan beberapa berkas. Amru melihat berkas itu sebentar lalu tersenyum padaku. Amru meminta kepada hakim untuk mendengarkan kesaksian Maria. Saksi kunci dalam kasus ini. Sebab dialah yang mengerti dengan pasti apa yang dilakukan Noura malam itu. Benarkah Noura berada di kamarku antara jam tiga sampai azan pertama ataukah justru Noura bersama Maria. Hakim mempersilakan Maria berbicara setelah disumpah akan memberikan kesaksian yang sejujur- jujurnya. Maria pun berbicara dengan suara agak lemah. Wajahnya tampak memerah karena emosi. Ia berusaha menahan emosinya. Mikrofon yang dipegangnya cukup membantu memperjelas suaranya.
“Pak Hakim dan seluruh yang hadir dalam sidang ini, saya berani bersaksi atas nama Tuhan Yang Maha Mengetahui bahwa Noura malam itu, sejak pukul dua malam sampai pagi berada di kamarku. Ia sama sekali tidak keluar dari kamarku. Ia selalu bersamaku. Jika dia mengatakan pukul tiga aku mengantarnya turun ke rumah Fahri itu bohong belaka. Dalam rentang waktu itu dia sama sekali tidak keluar dari rumahku. Jika Noura mengatakan pemerkosaan atas dirinya terjadi dalam rentang waktu itu sungguh tidak masuk akal. Bagaimana mungkin ada pemerkosaan waktu itu padahal dia berada di kamarku. Dan Fahri berada di kamarnya. Untuk membuktikan omongan saya ini, saya punya bukti nyata. Begini, kira-kira pukul tiga lebih sepuluh menit Maria menelpon ke salah satu temannya dengan telpon rumahku. Dia menelpon teman satu kelasnya bernama Khadija yang tinggal di Wadi Hof. Dia berbicara kira-kira sepuluh menit. Dan kami bawa bukti tercatat dari kantor telkom adanya percakapan itu. Bahkan rekaman pembicaraan Noura dengan Khadija juga ada. Kebetulan Khadija juga datang bersama kami. Dia bisa menjadi saksi. Dengan bukti kuat ini, aku berharap Bapak Hakim bisa mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Apa yang dikatakan Noura adalah fitnah belaka. Dia harus mendapatkan ganjaran atas tuduhan kejinya. Entah setan apa yang membuat Noura yang dulu jujur dan baik hati kini berubah menjadi tukang fitnah yang tidak memiliki nurani. Dia menyerahkan kegadisannya pada orang lain lalu menuduh Fahri yang melakukannya. Aku sangat menyesal menolong perempuan berhati busuk seperti dia. Demi Allah Yang Maha Mengetahui, aku tidak rela atas tuduhan yang dilontarkan Noura kepada Fahri. Aku tidak rela. Jika sampai Fahri divonis salah maka Noura akan menjadi musuhku di hadapan Allah di akherat kelak..ugh..ugh..ugh..!” Maria batuk lalu jatuh tak sadarkan diri di kursi rodanya. Madame Nahed yang tahu akan hal itu langsung mengambil Maria dan menggeledeknya keluar ruangan bersama Yousef. Mungkin langsung membawanya kembali ke rumah sakit.
Setelah Maria, Khadija memberikan kesaksian memang benar pada malam itu sekitar jam tiga lebih Noura menelponnya dan menceritakan kisah sedihnya. Namun Noura minta agar tidak memberitahukan Bahadur bahwa dia menelponnya. Amru lalu memberikan selembar kertas dari kantor telkom Mesir berisi perincian pemanggilan dan penerimaan panggilan nomor telpon rumah Maria. Yang membuat heran adalah Amru membunyikan rekaman pembicaraan Noura-Khadija via telpon malam itu. Setelah itu Amru mengajukan kesaksian paling mengejutkan yaitu kesaksian lelaki ceking bernama Gamal yang pada saat pengadilan pertama menjadi saksi pihak Noura. Kini Gamal bersaksi kembali:
“Pak Hakim dan hadirin semuanya. Saya ingin memberikan kesaksian yang sejujurnya. Di tempat ini saya hendak berkata apa sebenarnya yang saya alami. Sebenarnya apa yang saya katakan pada pengadilan pertama tidak benar. Saya minta maaf atas kesaksian palsu saya. Saya khilaf. Dan pada kesempatan kali ini saya mengaku dengan sejujurnya saya tidak tahu menahu mengenai masalah ini. Saya tidak melihat nona Noura turun dan masuk rumah Fahri. Sebab malam itu saya tidur di rumah bersama isteri dan anak saya. Saya bukan seorang pemburu burung hantu. Itu semua rekayasa belaka. Terima kasih.”
Setelah mendengar semua kesaksian itu Amru berpidato dengan bahasa yang luar biasa kuatnya. Ia meyakinkan kepada siapa saja yang mendengarnya bahwa Noura seorang pemfitnah. Berkali-kali dengan bahasa yang kuat dan tajam dia menghabisi Noura. Kulihat Noura pucat dan meneteskan air mata. Selesai Amru bicara Noura angkat tangan dan minta kepada hakim untuk bicara. Hakim memberinya waktu lima menit. Noura berdiri dan menuju podium. Di sana dia berbicara dengan kepala menunduk sambil menangis terisak-isak:
“Pak Hakim dan hadirin sekalian. Selamanya kebenaran akan menang. Jika tidak di pengadilan dunia maka kelak di pengadilan akhirat. Selamanya rekayasa manusia tiada artinya apa-apa dibanding kekuasaan Tuhan. Hadirin, jika ada gadis malang di dunia ini yang semalang-malangnya adalah diriku. Sejak kecil sampai beberapa bulan yang lalu aku diasuh oleh orang yang bukan orang tua kandungku. Waktu bayi aku tertukar di rumah sakit dengan bayi lain. Aku hidup dalam keluarga bermoral setan. Namun aku selalu tabah dan terus bertahan. Sampai akhirnya malam itu. Aku ingin mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Malam itu sebelum aku diusir dan diseret si jahat Bahadur ke jalan terlebih dahulu aku diperkosanya…hiks..hiks..!” Noura tersedu sesaat lamanya. Ruang pengadilan diselimuti keheningan berbalut kepiluan dan rasa kasihan.
“Aku merasa bisa menyembunyikan aib yang menimpaku. Aku kira tidak akan terjadi apa-apa denganku. Waktu terus berjalan sampai akhirnya Allah mempertemukan diriku dengan kedua orang tua kandungku lewat bantuan banyak orang termasuk, Fahri, Maria, Nurul, Syaikh Ahmad dan Ummu Aiman. Kedua orang tua kandungku adalah orang terpandang dan dari keluarga besar terhormat. Mereka menerima kedatanganku dengan penuh rasa bahagia luar biasa. Petaka itu datang kembali ketika perutku semakin membesar. Mereka menanyakan padaku siapa yang telah menghamiliku. Aku tak mau berterus terang bahwa Bahadur yang menghamiliku dengan memperkosa. Aku sudah sangat benci dengan dirinya. Akhirnya aku berbohong pada mereka yang menghamiliku adalah Fahri. Sebab aku sangat mencintai Fahri dengan harapan Fahri nanti mau menikahiku. Namun yang kulakukan ternyata tak lain adalah dosa besar yang sangat keji aku telah menghancurkan kehidupan orang yang kucintai dan di sisi lain aku telah membiarkan penjahat yang menghamiliku tertawa terbahak-bahak. Semua rekayasa yang telah diatur rapi juga diporak-porandakan oleh kekuasaan Allah Swt. Di sini, sebelum di akhirat nanti, aku akui dengan sejujurnya Fahri tidak bersalah. Dia bersih. Dan kepadanya dan kepada keluarganya serta siapa saja yang terzhalimi atas kebodohanku aku mohon maaf yang sebesar-besarnya. Aku memang ditakdirkan untuk hidup malang di dunia. Namun aku bertekad memperbaiki diri agar tidak malang di akhirat kelak.”
Atas dasar semua bukti yang ada dan pengakuan Noura akhirnya mau tidak mau Dewan Hakim memutuskan diriku tidak bersalah dan bebas dari dakwaan apa pun. Takbir dan hamdalah bergemuruh di ruang pengadilan itu dilantunkan oleh semua orang yang membela dan bersimpati padaku. Seketika aku sujud syukur kepada Allah Swt. Aisya memelukku dengan tangis bahagia tiada terkira. Paman Eqbal dan bibi Noura tak mampu membendung air matanya. Syaikh Ahmad dan Ummu Aiman juga sama. Nurul dan suaminya yaitu Mas Khalid datang memberi selamat dengan mata berkaca. Satu persatu orang-orang Indonesia yang di dalam ruangan itu memberi selamat dengan wajah haru. Amru memberi tahu bahwa Kolonel Ridha Shahata, sepupu Syaikh Ahmad yang memiliki posisi cukup penting di Badan Kemanan Negara juga punya andil dalam membantu mendapatkan bukti dari kantor telkom dan memaksa Gamal berkata jujur. Suatu bukti bahwa dunia belum kehilangan orang-orang yang baik dan cinta keadilan.
Senin, 15 November 2010
28.Sidang Penentuan
Posted by Dini Ariani on 20.00
0 komentar:
Posting Komentar