1. Awal Mula
Adzan subuh berkumandang yang membuat mataku membuka seperti tanpa adanya paksaan. Diriku merasa alunan merdu suara adzan bagaikan lembutnya belaian Allah yang membuatku semakin bersemangat untuk salat subuh di pagi yang sunyi ini. Ini adalah hari pertama ku melangkah ke kehidupan baru, kehidupan yang sangat berbeda dari yang lalu, bagaikan bayi yang lahir tanpa dosa dari rahim seorang ibu. Afwan lupa untuk memperkenalkan diri, namaku Azam umurku 21 tahun, aku masih kuliah di salah satu universitas Islam di Jakarta. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Kakak-ku sekarang melanjutkan studi di luar Indonesia. Aku adalah anak yang paling disayang oleh kedua orangtua. Tetapi aku lebih banyak membuat kedua orangtuaku kecewa daripada membuat orangtuaku bangga.Dengan segera aku beranjak dari tempat tidur untuk membangunkan kedua orangtuaku agar segera menunaikan salat subuh. “Ma, Abu! Bangun, udah subuh. Kita ke masjid.” Kedua orangtuaku hanya mengucapkan, “Iya zam, ini udah bangun.” Setelah itu, aku bergegas mengambil air wudhu, dan kemudian berangkat ke masjid. Ketika salat subuh dimulai, aku lakukan semuanya dengan khusyu’ dengan mendengarkan setiap ayat suci al-Qur’an yang dilantunkan oleh Imam Masjid di dekat rumahku. Setelah salat selesai, aku merenung, kemana saja diriku selama ini, aku selalu berjalan di jalan yang tidak diridhai Allah, aku dengan bangganya melakukan semua itu, tanpa memikirkan betapa sakitnya hati Allah melihat diriku yang hina ini.Ketika beranjak keluar dari masjid, aku melihat sekelilingku banyak perumahan - perumahan, pertokoan, dan juga jalan raya. Aku tinggal bersama kedua orangtuaku di perumahan yang penuh sesak, tidak ada daerah yang bebas untuk menghirup udara segar seperti di kampungku yaitu Aceh. Ya, Aceh adalah kampungku, aku bangga sebagai orang Aceh, tetapi jika masyarakat di Aceh tahu akan tabiat burukku ketika dulu, mungkin mereka tidak bangga lagi mempunyai warga Aceh seperti diriku ini.Ketika aku sampai di rumah, aku membuka kulkas untuk meminum segelas air. Karena sejak aku bangun, aku belum sempat untuk minum. Ibuku sampai bertanya, “Kenapa kamu, zam? Kok minum kayak orang habis maraton aja di Senayan.” Aku hanya bisa menjawab dengan senyuman. Aku lalu membuka lemari di ruang tamu mengambil al-Qur’an untuk melanjutkan kembali bacaanku, tepatnya di Surat At-Taubah ayat 6 Jus 10. Aku membacanya sekaligus membaca artinya agar aku mengerti akan maksud dari ayat tersebut. Inilah diriku pertama kalinya bisa membaca al-Qur’an lagi. Bapak-ku sering berkata, “Zam, sampai berapa lama kamu bertahan dengan sikap kayak gini? Paling nanti azam juga gag ngelanjutin lagi ngaji dan salatnya di masjid.” Hatiku seakan - akan dipukul dengan paku ketika mendengar perkataan bapak seperti itu. Tetapi aku harus bagaimana, memang dulu aku bersikap seperti itu, tiba - tiba mengaji dan membaca al-Qur’an, lalu aku meninggalkannya. Yang bisa aku lakukan sekarang adalah membuat kedua orangtuaku percaya bahwa mulai hari ini, aku tidak akan mengulangi kesalahan lagi.Dengan membaca alhamdulillah, aku telah selesai membaca al-Qur’an. Aku taruh lagi di tempat semula, kemudian aku masuk ke dalam kamar. Dalam kamar, aku mulai merenung segala perbuatan yang dulu pernah aku perbuat. Semenjak aku kecil sampai aku kelas 6 SD (Sekolah Dasar), aku memiliki perilaku yang masih terkontrol. Tetapi ketika aku masuk SMP (Sekolah Menengah Pertama), pergaulanku sudah mulai dipengaruhi hal - hal yang buruk oleh teman - teman. Pada waktu itu, salah seorang temanku berkata kepadaku ketika istirahat, “Zam, ngapain bengong? Nih mau gag liat video bagus?”. Aku menanggapinya mungkin hanya video lucu atau video yang lain, “Aku gag bengong tau, emang video apa bud?”. “Udah lihat aja dulu,” katanya. Ketika aku melihat video itu, aku langsung kaget tetapi mataku tidak bisa mengalihkan dari video tersebut.Sejak saat itu, aku sudah mulai menyukai video - video porno. Entah sudah berapa lama aku menikmati dosa yang tidak diridhai Allah itu. Tetapi sekarang aku hanya bisa bersyukur, Allah telah melindungiku untuk tidak melakukan perbuatan seks bebas.“Azam! Ngapain kamu di kamar terus? Jagain toko dulu, mama mau minta dianterin sama abu ke kantor sebentar.” Pikiran dan hatiku yang sedang merenung tiba – tiba kaget mendengar suara ibu, aku hanya bisa menjawab, “Iya ma. Azam ke sana.” Langsung aku bergegas untuk jaga toko.“Nanti mama pulangnya sore jam 4, beli makanan aja nanti siang, uangnya udah mama taruh di dompet ya.” Aku hanya mengangguk. “Yaudah, mama pergi dulu. Assalamualai-kum.” “Waalaikumsalam”.Bapak-ku mempunyai toko di bagian belakang rumah. Toko ini sudah ada sejak aku masih duduk di Sekolah Dasar (SD) dan berdekatan dengan kampus-ku, bisa ditempuh dengan jalan kaki. Jadi tidak heran banyak mahasiswa dan mahasiswi yang lalu lalang untuk berangkat ke kampus dan mengunjungi toko untuk membeli rokok, minuman dan kebutuhan lainnya.Bapak-ku akhirnya pulang dengan menggunakan vespanya yang sudah lama. “Zam, nanti sekitar jam satuan, jagain toko sebentar ya. Abu mau pergi belanja buat di toko, udah habis barang di toko.” “Iya, bu”, kataku singkat. Aku langsung masuk ke dalam rumah dan bersiap - siap untuk mandi dan makan. Selesai aku mandi dan makan, aku menyalakan laptop-ku untuk browsing internet. Inilah kesibukanku setelah selesai ujian akhir, aku bermain facebook, kaskus, blogger, dan yang lainnya. Dari facebook-lah aku menemukan setitik hidayah yang sangat berarti buatku dan kehidupanku.
2. Air Mata Dosa - Air Mata Pertaubatan
Aku membuka profil temanku akhwat bernama Nabila. Entah kenapa, ada keinginan untuk bertaubat dari segala perbuatan buruk-ku. Lalu aku menuliskan pesan lewat facebooknya tentang perihal masalah-ku dan ingin berubah sepenuhnya dan menjalani segala perbuatan yang diridhai Allah. Ia memberikan saran bahwa aku disuruh nikah atau puasa untuk menahan segala nafsu yang ada pada diri aku. Aku lebih baik memilih untuk berpuasa, karena untuk menikah, aku belum siap lahir dan batin.Mulailah aku berpuasa senin kamis, alhamdulillah segalanya berjalan dengan lancar sekalipun cobaan datang seiring perubahan baik yang aku lakukan. Seperti pepatah, “semakin kokoh pohon itu berdiri, semakin kencang angin menerpanya”. Seperti itu keadaan yang aku alami ketika melakukan pertaubatan atas dosa - dosaku di waktu yang lalu.Ada satu hal yang membuatku terkenang akan perjalanan-ku untuk bertaubat. Ketika matahari masih berada di atas kepalaku, aku melakukan salat taubat, aku memanjatkan doa sebenar – benarnya. BismillahirrahmanirrahimYa Allah Ya KarimDiriku ini penuh dosaDiriku ini penuh amal keburukanDiriku ini adalah hamba yang tidak berguna di mata-MUDiriku ini adalah hamba yang kotorSetiap centi dariku tidak ada amal yang aku berikan kepada-MUPadahal untuk mendapatkan amal-MUDiriku tidak mengeluarkan berbagai mata uangYang diperlukan hanya amal ibadahkuTetapi aku tetap saja mengkhianati-MUAir mata dosa-ku ini tidak akan diterima oleh-MUYang aku pinta hanya satu kepada-MUTerimalah air mata pertaubatan-ku iniAir mata yang berasal dari hatiYang sadar telah menyakiti diri-MU yang suciSesuka hatiAlhamdulillahirabbil alamin Kututup mataku yang berlinang air mata ini, air mata pertaubatan atas dosa – dosaku selama ini. Aku hanya bisa berharap Allah selalu menuntun segala perjalanan-ku sampai raga yang Allah pinjamkan kepadaku dapat dikembalikan kepadaNYA dengan keadaan bersih dari noda – noda perbuatan dosaku selama ini.“Allahuakbar, Allahuakbar!” Adzan dzuhur berkumandang di masjid dekat rumahku. Aku seketika mengucap syukur dan bersiap - siap untuk berangkat ke masjid. Buatku itu adalah masa lalu yang kelam yang akan membuatku terus berpacu menjadi lebih baik di jalan Allah. Dan aku tidak akan pernah kembali ke masa lalu yang kelam, karena itu akan membuatku mengkhianati Allah SWT lagi. Kehidupan yang aku rasakan ini benar – benar rumit, suatu saat nanti aku akan menuangkannya ke dalam cerita.Bismillah, inilah aku, aku yang baru, siap untuk menata kehidupan yang baru yang akan selalu berada dari rahmat Allah SWT.
Jumat, 19 November 2010
Air Mata Dosa - Air Mata Pertaubatan
Posted by Dini Ariani on 21.50
0 komentar:
Posting Komentar