Aku masih terdiam dan memandang wajah dengan senyuman lebar yang ada di hadapanku kini. Aku masih ragu bahwa ia adalah orang yang ku kenal dulu. Wajah itu kini lebih dewasa dan suaranya samar-samar dalam ingatanku."Masa lupa sih sama gue? Gue Fauzi, Uzi, teman sekelas lo waktu kita SMP dulu." ia mengulangi kata-kata yang telah ia ucapkan sepuluh menit lalu.Pelan, ku anggukkan kepalaku. Lalu, sosok cowok jangkung, putih dan dengan wajah yang berhias bintik-bintik jerawat mengusik ingatanku. Oh, dia kah cowok itu? Cowok di masa SMP ku? Cowok yang menjadi cinta pertamaku itu?"Elo benar Uzi? Bukannya elo masuk pesantren ya?" tanyaku setelah akhirnya aku yakin ia cowok di masa SMP ku.Ia tersenyum lagi dan menarik nafas lega setelah aku berhasil mengingatnya. "Udah selesai dan sekarang aku mau lanjut kuliah." jawabnya enteng. Matanya yang masih tetap tajam kini memandangku. "Eh, aku kangen sama kamu deh. Masih bandel ngga sih kamu?" tanyanya iseng.Aku tertawa, "Kok tau sih kalo dulu aku bandel?""Siapa sih yang kenal kamu, apalagi setelah kamu jatuh dan masuk ke tong sampah di depan kelas itu. Wah,,, kamu kan tiba-tiba terkenal." ujarnya membawaku kembali mengingat kejadian memalukan itu.Uh,,, wajahku memerah saat ingat bagaimana tubuhku yang hitam dan kurus ini terjatuh dan dengan posisi terduduk aku masuk ke dalam drum berwarna biru yang berfungsi sebagai tempat sampah. Bukan hanya itu, karena drum itu susah menahan berat tubuhku, hampir saja aku akan terjungkal lagi jika Fredi tidak segera menarik tanganku. Rasanya geli mengingat itu. Terlebih saat itu aku sedang naksir berat pada Uzi yang pada saat kejadian itu berlangsung Uzi bersama Adit sedang berdiri di bawah pohon dan tertawa melihatku."Ngga usah malu gitu, Git. Pas kelas tiga kita pisahkan aku ngga ketemu sama kamu, jadi kalo kangen kamu aku pasti ingat hal itu."Aku memandang Uzi tak percaya. "Hah, kamu ingat kejadian memalukan itu?!" nada suaraku hampir meninggi karena menahan malu."hehehehe,,, Abis wajahmu itu lho, lucu! Merah dan ketakutan gitu." katanya sambil tertawa. Tawa Uzi semakin keras saat ia melihatku cemberut. "Benar-benar pintar kamu buat aku kangen."Kalimat itu secara perlahan menyusup ke hatiku. Aku ragu jika Uzi tau bahwa dulu aku naksir padanya bahkan ia merupakan cinta pertamaku, tapi kenapa ia berkata bahwa ia kangen aku seolah ia menyukaiku? Bukan, bukannya aku geer, aku hanya memperhatikan itu dari cara ia memandang ku. Matanya menjadi begitu teduh dan menyejukkan. Sangat cocok di siang hari yang panas ini. hehehehe.Duh,,,gawat jantung ini berdegup dengan irama yang sama seperti empat tahun yang lalu. Aku menggaruk hidungku yang tak gatal. Ini caraku untuk megalihkan perhatian otakku dan biar ngga semakin geer, aku teringat kata-kata Rudi saat kami bertemu setahun lalu."Git, kamu dulu suka sama Uzi ya?" tanyanya sambil memperhatikan ku yang asyik mencampurkan saos dan kecap di mangkuk bakso ku.Ragu-ragu aku menjawab, "Emang kenapa?""Waktu itu Uzi cerita katanya kamu sering memperhatikan dia. Aku bilang aja mungkin kamu suka sama dia. Uzi waktu itu mengangguk-anggukkan kepala sambil bilang, 'Gita imut sih, tapi sayang gue ngga suka sama dia', begitu katanya."Jleb!!!Kata-kata Rudi itu berhasil menusuk hatiku. Rudi memang tak tahu jika sampai hari itu aku masih menyukai Uzi. Saat kelas kami berpisah pun, diam-diam aku sering mengintip Uzi dari jauh. Lalu, kenyataannya Uzi justru bicara seperti itu tentang ku. Sakit rasanya. Tapi makhluk menyebalkan itu sama sekali tidak menyadari perasaanku yang campur aduk. Dengan gayanya yang santai ia hanya tersenyum."Git, Gita." Uzi mencolek punggungku. Ups, aku hampir terlupa jika Uzi ada di sampingku sekarang, heheheh. "Kok bengong sih?" tanya Uzi.Aku tersenyum, "Ngga apa-apa kok." jawabku bohong padahal saat itu jantungku hampir meloncat dari tempatnya saat mataku bersirobok dengannya. Uzi menatapku seakan aku pacarnya, lembut dan penuh kasih sayang yang tak di buat-buat."Eh, aku mau bilang sesuatu sama kamu nih. Tapi kamu jangan marah ya..." izin Uzi."Iya, kenapa?""Sebenarnya aku dulu sayang banget sama kamu. Waktu itu kan kita masih SMP jadi aku takut kalo perasaan itu cuma sementara. Tapi aku ngga tahan terus nyembunyiin dari kamu. Waktu acara perpisahan, aku pengen ngomong sama kamu, aku minta tolong Rudi buat bilang ke kamu kalo aku pengen ketemu kamu tapi Rudi bilang kamu ngga mau ketemu aku, katanya juga kamu sebel liat muka ku. Benar itu, Git? Aku punya salah apa ya sama kamu?"Aku begong dan merasa takjub mendengar penuturan Uzi, hey... Aku ngga pernah ngomong begitu!!!"Rudi ngga pernah tuh bilang ke aku kalau waktu itu kamu mau ketemu aku. Bahkan pernah Rudi bilang kalau kamu ngga suka sama aku." tuntutku.Uzi menatapku tak percaya, "Kamu tanya aja Rudi." katanya singkat. "Kamu itu cinta pertamaku dan sampai sekarang masih tetap sama."Rasanya aku sulit bernafas mendengar kata-katanya. Dia pun adalah cinta pertamaku dan sampai sekarang juga masih tetap sama.Tangan Uzi mengacak-acak rambutku, matanya yang tajam itu menatapku lembut, "Aku tau, Rudi juga suka sama kamu, mungkin itu caranya mendapatkan kamu. Aku tau kok, kamu pacaran sama Rudi kan sekarang?"Aku tak tau harus berkata apa, aku hanya diam menatap Uzi yang tersenyum memandangku dengan tatapannya yang seolah berkata jika ia sangat menyayangiku. Aku masih terkejut dengan kenyataan yang baru terungkap sekarang hingga aku tak mampu mencegah Uzi yang berdiri dari duduknya dan mencium keningku dengan lembut kemudian pergi dari hadapanku. Aku semakin terkejut saat ia membisikkan di telingaku tiga kata yang ku harap dan ku tunggu yaitu, "I love you,,,"Di stasiun yang sepi ini, di bangku kayu yang reot ini, aku memandangi punggung Uzi yang semakin menjauh, menjauh, dan menjauh hingga tak terlihat lagi.
0 komentar:
Posting Komentar