Dengan refleks Fya mengikuti langkah cowo yang menarik tangannya. Dia membawa Fya menuju ruangan diujung lorong sekolah. Setelah cowo itu melepaskan genggaman tangannya, barulah Fya sadar bahwa dia sama sekali tidak tahu ruangan apa ini. Untuk apa cowo ini membawanya ke ruangan kosong yang dikenalinya sebagai ruang musik ini.
"disini kamu akan aman untuk sementara waktu, Fya." Cowo itu berkata datar padanya.
Fya memutar otaknya, dia mengangkat bicara.
"Terima kasih...tapi untuk apa kamu membawaku kesini?" Fya berkata heran. Cowo itu juga kelihatan heran, dia mengangkat bahunya.
"hm.. aku refleks membawamu kesini. aku hanya mencari tempat yang aman dari ocehan anak-anak." Cowo itu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Fya tersenyum, orang ini baik pikirnya. buat apa aku marah?
"Namaku Fya" Fya mengulurkan tangannya kepada cowo itu.
"oh..ya, aku tahu" Cowo itu membalas uluran tangan Fya.
"Aku Fendy" dia melepaskan tangannya.
"dari mana kamu tahu namaku?" Fya heran dengan Fendy, dia tidak mungkin mengenalnya.
"oh... aku rasa ini bisa membantu" Fendy mengeluarkan kertas yang telah dilipat kecil. Fendy meneahkan kertas itu pada Fya. Dengan cepat kertas itu dibukanya. ada sketsa lukisan disana dengan tanda tangan Fya di sisi kirinya.
"Oh.... kukira ini hilang! terima kasih banyak Fendy!" Fya hampir melonjak kegirangan.
"Ku temukan kemaren di taman, sketsa yang bagus"
"O,ya? aku sangat ingin melukisnya hanya saja aku masih belum punya waktu." Fya berkata lirih.
Fendy duduk di kursi yang berada tidak jauh dari dirinya. Fya mengikutinya.
"Hm, terima kasih atas bantuanmu tadi. aku tidak habis pikir mengapa namaku tiba-tiba terpajang di mading dengan tulisan seperti itu. kamu tidak berpikir aku yang menulisnya kan?" Fya berkata lirih pada Fendy.
"ya..pasti itu kerjaannya orang iseng." Fendy berkata dengan tidak melihatnya.
"tapi, kenapa kamu mau menolongku? bukankah kita tidak saling kenal? apa gara-gara kemaren?"
Fendy menatap mata Fya heran.
"kemaren? maksudnya?"
"yah...gara-gara cowo mesum itu" Fya mulai cemberut.
"hahaha...." Fya heran mengapa Fendy tertawa.
"Oh..maaf, Jake tidak mungkin melakukan hal aneh seperti itu."
Fya tahu siapa Jake.
"Lantas menurutmu siapa yang melakukannya?" Kata Fya heran pada Fendy.
"Justru aku yang heran, apa kamu punya musuh disini?" Fendy bertanya balik.
"tidak tahu, aku merasa menjadi alien disini" Fya tertunduk sedih.
"Bagi orang baru pasti akan susah untuk beradaptasi disini." Fendy menimpali.
"hm..kamu belum menjawab pertanyaanku. mengapa kamu menolongku?" Fya kembali menatap Fendy yang menjawab dengan tenang.
"Karena aku kasihan padamu. Tidak sengaja aku lewat di depan keributan, lalu aku melihat tulisan itu dan tentu saja Jake. yah....aku hanya bermaksud menolong. kecuali kalau kamu memang senang dengan suasana tadi".
"hey...siapa yang senang. aku justru sangat beterima kasih padamu karena menolongku."
"oke..oke, well sepertinya kita telah melewati bel masuk." Fendy menatap jam tangannya. Fya tahu jam yang dipakainya tergolong merk yang sangat mahal.
"Heh?"
"kita melewatkan bel masuk"
"Hah? Apa?!" Fya tersentak kaget. dia mengamati jam yang melingkar ditangannya.
"hua...sudah sepuluh menit! jam pertama matematika lagi..." Fya menutup mukanya tanda menyesal.
"sudahlah...bolos saja." Fendy menatapnya tenang.
"apa? bolos?" Fya heran menanggapi usulan Fendy.
"apa salahnya bolos, cuma satu jam kan?"
"satu jam apa? dua jam untuk matematika! dan aku sudah mengerjakan PRnya selama dua jam!" Fya merasa usulan dari Fendy sangat konyol untuk sekarang.
Fendy mendekati Fya. matanya menatap lurus kearahnya.
"Oke.. aku akan mengantarmu ke kelas"
"tapi gurunya galak minta ampun."
Fendy hanya tersenyum kecil melihat Fya cemas. Fya mengikuti langkah Fendy menuju kelasnya.
tok..tok.., Fendy mengetuk pintu dan guru matematika Fya mendekati pintu.
"Selamat pagi pak"
"Oh..pagi" Tingkah laku guru matematika itu sangat berbeda dengan biasanya. dia sepertinya agak kikuk untuk bicara dengan Fendy.
"saya hanya ingin mengantarkan Fya, tadi dia tersesat mencari kelas"
Guru matematika itu menatap Fya lewat kacamata tebalnya. mungkin dia heran, mana mungkin seorang siswa yang sudah hampir setengah bulan bersekolah disini bisa tersesat?
"baiklah.. masuklah nak?" Fya langsung masuk setelah mendengar perintah dari guru matematikanya. dia tidak berani untuk melihat ke sekelilingnya karena hawa kelas menurutnya berubah menjadi kelam.
"tadi diantar Fendy ya?" Tyas berkata lurus menatap whiteboard.
"hm..iya" Fya berkata lirih. Tyas tidak berkata apa-apa lagi.
Fya semakin kesal mengapa hidupnya di sekolah ini sangat aneh? mempunyai teman sebangku sedingin es, dijahilin di saat umurnya belum genap sebulan, berada dilingkungan yang berbeda jauh dari lingkungan sekolahnya dulu dan bertemu dengan cowo misterius, cowo asia, si mesum dan Fendy. siapa mereka. Fya masih tidak dapat konsen untuk menagkap pelajaran karena pikirannya melayang kemana-mana.
^_^%%%
Fya keluar dari kelas dengan semangat. akhirnya dia bisa bebas setelah mengurung diri berjam-jam saat jam sekolah. dia tidak berani keluar setelah kejadian tadi pagi menimpanya. lagipula dia takut jika sewaktu-waktu bertemu dengan Jake, cowo mesum.
Fya melihat sekeliling taman dengan hati-hati. Dia tidak ingin kembali disergap ditengah jalan oleh Jake. Secara tidak langsung Fya telah menganggap Jake menjadi musuhnya. Fya berjalan melewati taman dengan perasaan tidak tenang, kali ini dia merasa ada seseorang yang mengikutinya. sesekali Fya menoleh kebelakang. setelah melewati gerbang buru-buru Fya menyambar angkot.
Diatas angkot pun Fya merasa masih belum aman. sesekali dia meloleh kebelakang. Fya sangat terkejut setelah melihat seorang cowo memakai baju seragam persis seperti seragamnya. Mana mungkin ada anak lain yang berani memakai angkot? bukankah biasanya anak-anak dijemput memakai mobil mewah pribadi. atau pulang memakai taxi.
Fya buru-buru keluar dari angkot lalu berlari sembunyi dibalik pohon. Dilhatnya cowo itu juga keluar dari angkot. Dia memakai topi yang menutupi hampir seluruh wajahnya. perawakan cowo itu tinggi dan agak kurus.
Dengan memberanikan diri Fya mengejar cowo yang menyadari kehadiran Fya. Cowo itu mencoba untuk lari namun Fya langsung menaklukannya dengan sedikit ilmu karate yang pernah dipelajarinya saat SMP.
"ampun...Fya, cukup!" cowo itu laluy melepas to[pi yang menutupi wajahnya.
Fya sangat terkejut melihat wajah dibalik topi itu.
"Vando?!"
Cowo yang sepertinya kesakitan karena pukulan Fya meringis tersenyum.
"Van...ngapain nyamar-nyamar kaya gitu. Bikin takut tau!" Fya mendorong bahu Vando. Sudah sejak lama mereka tidak bertemu. Vando adalah sahabat Fya dari sekolah dasar, mereka berpisah saat kelas satu SMP. Fya tidak tahu bahwa Vando bersekolah di Jakarta.
"Aku pindah ke Jakarta saat kelas dua SMP." Vando menyeruput teh es yang disajikan Fya di rumahnya.
"Kenapa kamu tidak bilang padaku?" Fya berkata agak keras.
"Aku mencoba memberitahumu. tapi nomormu hilang karena hpku juga hilang." Vando membela diri.
"kan bisa nanya ke anak-anak yang lain?" Fya berkata lirih.
"kamu tahu sendiri kan, aku tidak mudah mempercayai orang lain?"
"oh...maaf"
Fya tersadar, Vando memang hanya memiliki teman yaitu dirinya. Vando memiliki masalah keluarga yang pelik sehingga harus pindah ke Singapur.
"sudah sangat lama aku menunggumu." Vando menatap wajah Fya.
%$ ^_^ (bersambung )&^_^
Jumat, 19 November 2010
One Pearl And Diamonds part 2
Posted by Dini Ariani on 22.36
0 komentar:
Posting Komentar