Fya memandang kearah Vando dengan terkejut. Vando begitu banyak mengalami hal yang berubah dari dirinya. Vando tidak lagi sekurus dahulu, dia kini lebih bersih dan terawat. Wajah Vando tidak seimut dulu namun wajahnya kini lebih dewasa dan Fya mengakui dia menjadi lebih tampan."Hey...kamu tidak mendengar yang kukatakan ya?" Vando melambai-lambaikan tangannya kewajah Fya."O, ya... aku dengar kok. kamu kangen aku kan? tentu saja aku juga kangen saat dulu k. apalagi saat main layang-layang, aku selalu lebih bisa menerbangkannya lebih tinggi darimu!" Fya mengucapkannya bangga.Vando tertawa terahak-bahak mendengar kata-kata Fya."Kamu lucu... sama seperti dahulu, tetap tidak berubah. aku suka!" Vando lalu meneruskan tawanya seolah dia tidak memperdulikan keheranan Fya. "apanya yang lucu?" Fya berkata pelan. Seketika itu pula Vando menghentikan tawanya. "Fya, Fya memandang kearah Vando dengan terkejut. Vando begitu banyak mengalami hal yang berubah dari dirinya. Vando tidak lagi sekurus dahulu, dia kini lebih bersih dan terawat. Wajah Vando tidak seimut dulu namun wajahnya kini lebih dewasa dan Fya mengakui dia menjadi lebih tampan."Hey...kamu tidak mendengar yang kukatakan ya?" Vando melambai-lambaikan tangannya kewajah Fya."O, ya... aku dengar kok. kamu kangen aku kan? tentu saja aku juga kangen saat dulu k. apalagi saat main layang-layang, aku selalu lebih bisa menerbangkannya lebih tinggi darimu!" Fya mengucapkannya bangga.Vando tertawa terahak-bahak mendengar kata-kata Fya."Kamu lucu... sama seperti dahulu, tetap tidak berubah. aku suka!" Vando lalu meneruskan tawanya seolah dia tidak memperdulikan keheranan Fya. "apanya yang lucu?" Fya berkata pelan. Seketika itu pula Vando menghentikan tawanya. "Fya, Fya memandang kearah Vando dengan terkejut. Vando begitu banyak mengalami hal yang berubah dari dirinya. Vando tidak lagi sekurus dahulu, dia kini lebih bersih dan terawat. Wajah Vando tidak seimut dulu namun wajahnya kini lebih dewasa dan Fya mengakui dia menjadi lebih tampan."Hey...kamu tidak mendengar yang kukatakan ya?" Vando melambai-lambaikan tangannya kewajah Fya."O, ya... aku dengar kok. kamu kangen aku kan? tentu saja aku juga kangen saat dulu k. apalagi saat main layang-layang, aku selalu lebih bisa menerbangkannya lebih tinggi darimu!" Fya mengucapkannya bangga.Vando tertawa terahak-bahak mendengar kata-kata Fya."Kamu lucu... sama seperti dahulu, tetap tidak berubah. aku suka!" Vando lalu meneruskan tawanya seolah dia tidak memperdulikan keheranan Fya. "apanya yang lucu?" Fya berkata pelan. Seketika itu pula Vando menghentikan tawanya.Vando menatap Fya tanpa kedip, hal itu membuat Fya merasakan hal aneh."ehm...bagaimana keluargamu sekarang?" Fya mengalihkan pembicaraan. Pertanyaan Fya membuat Vando mengalihkan pandangannya. Dia diam. Fya merasa tidak enak sendiri dengan pertanyaannya. Dia tahu Vando sangat tidak suka ada yang menanyakan perihal keluarganya. Tapi tidak ada salahnya Fya tahu kan? mereka sudah bersahabat sejak lama."Tenang saja, aku sudah cukup bahagia. Ayahku sudah meninggal satu tahun lalu. Aku tetap tinggal dengan Tanteku yang baik, dia menikah dengan seorang laki-laki tua dan tidak punya anak. laki-laki itu sangat kaya dan baik hati. Dia menganggapku sebagai anaknya. tenang saja..hal itu membuatku merasa jauh leboih baik." Vando tersenyum kearah Fya.Syukurlah, Fya juga bahagia melihat Vando bahagia. Hidupnya kini pasti lebih baik dari dulu, tentu saja."Jadi, bagaimana ceritanya kamu pindah ke Jakarta?" Vando bertanya dengan mengangkat alisnya. seolah kepindahan Fya ke Jakarta adalah hal mustahil baginya."Aku...hm," Fya mencari kata-kata tepat karena tidak mungkin dia bilang alasan sesungguhnya kan?"hm..?" Vando tidak saar menunggu kata-kata dari Fya."karena aku ingin mencari endidikan yang lebih baik. lagipula aku harus belajar hidup mandiri." Fya mempertegas setiap kata-katanya."huh...masa? aku rasa kamu sangat mencintai Medan. Hidup bersama keluarga seperti hidup di surga. kata-kata itu yang kuingat." "Hah? masa?" Fya kebingungan sendiri dengan kata-kata yang meluncur dari Vando. "iya..lagipula aku rasa aneh jika ka,mu dapat bertahan di sekolah ini. karena kehidupannya sangat berbeda jauh dari tempat tinggalmu apalagi lingkungannya." Vando kembali mengangkat alisnya, mencoba mengorek jawaban dari Fya."Yah...hm," FYa tidak tahu harus menjawab apa. ingin rasanya dia mengangguk mengiyakan kata-kata Vando. tapi, apakah Vando sudah mengetahui tentang kejadian pagi tadi?"Tapi...aku rasa ini bagian dari pengalaman. lagipula tidak semua yang kita hadapi dalam keseharian kita sama kan?" Fya rasa dia sudah menemukan kata-kata yang tepat. "Tapi tidak seperti pagi tadi?" Vando menatap mata Fya. Skakmate, dari mana Vando tahu kejadian pagi tadi?"Maaf, aku terlambat menolongmu. aku baru tahu kamu masuk ke sekolahku tadi pagi saat melihat tulisan di dinding itu dan saat kamu bersama Fendy. Aku rasa ada yang tidak suka denganmu."Kata-kata Vando seperti duri yang menusuk Fya. "Tapi aku tahu, kamu tidak akan mungkin mencari musuh jika kamu merasa benar." Seakan bisa membaca kegelisahan Fya, Vando memperbaiki kata-katanya.Fya terdiam, dia tidak tahu harus berkata apa lagi pada Vando."aku bingung, tiba-tiba ada orang yang menjahiliku di bulan pertama aku masuk sekolah. bertemu dengan banyak orang yang sangat aneh, ada yang tiba-tiba menolongku dan kemudian bertemu denganmu. aku sungguh bingung." Fya berkata dengan tertunduk.Vando menggenggam jemari Fya, Fya terperangah namun saat itu juga mata mereka berhadapan. "tenang..kali ini aku yang akan menjagamu. tidak kubiarkan kamu lemah. aku akan selalu ada untukmu" Vando menatap Fya tajam, tatapan yang tidak pernah dilihat Fya selama ini. Tatapan yang menjanjikan keamanan baginya.Fya mengangguk pada Vando dan tersenyum. Vando seperti terkejut melihat senyuman Fya lalu melepaskan genggamannya. "Maaf" kata Vando pelan."Tidak apa-apa, dulu aku yang berada disampingmu sekarang kamu disampingku. kita kan tetap jadi sahabat" Fya tersenyum kearah Vando, namun Vando hanya membalas dengan senyum tipis. Namun ikhlas.%^_^*)(^&Usai kunjungan Vando kerumahnya. Fya merasa hari-harinya disekolah akan terasa lebih lapang dan nyaman. Kali ini dia akan mempunyai kawan berbagi cerita dan tentu saja kejadian aneh. Sengaja Fya tidak menceritakan tentang kejadiannya dengan Jake. Mungkin saja kan Vando menonjok Jake dan mereka berantem?"Fya.." Vando menarik lengan Fya dan mengajaknya jalan kesampingnya. Fya Merasa sangat terkejut dan memukul lengan Vando. Vando hanya tertawa kecil."Kelas kamu dimana?" Fya bertanya padanya. Vando membuka tutup botol minuman dan meneguk isinya."2-A, kamu 1-C kan?" Vando menatap Fya yang keheranan."Dua? bukankah kita seumur?""aku lebih tua tiga bulan kok." Vando menjawab santai."aku loncat kelas kok!" Vando menjawab keheranan Fya. Fya tidak heran jika Vando dapat loncat kelas karena dia memang terkenal sangat jenius.Vando menggenggam tangan Fya dan mengajaknya jalan disampingnya. Fya tidak berpikiran lebih karena mungkin inilah pernyataan Vando tentang persahabatan mereka.@3*&*Fya meletakkan buku-bukunya di meja. Tyas sepertinya belum datang karena tidak ada jejak buku di mejanya. Fya duduk di kursinya dan membuka-buka catatan fisikanya. Guru Fisika pasti menanyakan pelajaran minggu lalu, pikir Fya. Braaaakkk! satu buka tebal tepat mendarat didepan mata Fya. Seorag cewe Indo menatap matanya tajam tidak bersahabat. "FYa?" Cewe itu berkata ketus. di kedua belah sisinya berdiri dua cewe yang tidak kalah cantiknya. dalam pikiran Fya mereka seperti cewe populer yang selalu mengganggu cewe culun. Fya culun?"Ya!" Fya mengumpulkan keberaniannya dan menjawab lantang.jawaban Fya membuat ketiga cewe itu sedikit gentar rupanya."Aku cuma ingin memperingatkan. seorang biasa tidak akan mungkin bisa mendekati diamonds..." cewe itu berkata pelan sangat dekat ditelinga Fya dengan nada yang ketus. Seusai berkata-kata dengan hal yang tidak dimengerti Fya, tanpa bisa bertanya-tanya mereka pergi meninggalkan Fya.Ketiga cewe itu berpapasan dengan Tyas di depan pintu. Mereka tersenyum manis. penjilat, pikir Fya. Mereka mengucapkan salam pada Tyas namun dibalas Tyas dengan datar. Tyas menuju ketempat duduk.sesekali dia melihat Fya yang masih kebingungan dengan arti dari cewe berwajah indo itu.Tyas sedang merapikan bukunya saat Fya bertanya. Mungkin Tyas dapat membantu, pikirnya."Tyas.." Fya berkata dengan suara hampir tidak terdengar."Hm...apa?" Tyas melihat tanpa semangat ke arah Fya."Kamu...tahu arti diamonds?" Tyas menelan ludahnya, dengan ekspresi terkejut yang dikendalikan."Kenapa?" Tyas memperbaiki tata duduknya."tidak..hanya saja cewe tadi mengatakan aku tidak pantas mendekati diamonds. apa itu diamonds?" Fya menatap Tyas yang dengan santai menanggapinya."Hanya ungkapan yang diberikan bagi sekelompok orang" Jawab Tyas santai."Kelompok apa?" Fya menanyakan lagi seolah dia belum puas."Bagi sekelompok anak yang memiliki kuasa lebih disekolah ini." Tyas mengambil bukunya dan membukanya. dia menopangkan dagunya dan membuka-buka buku itu."tapi aku masih belum mengerti. apa itu kelompok diamonds, siapa mereka? jake? Fendy?" Fya sangat penasaran apalagi gelagat Tyas yang sepertinya sangat tidak tertarik dengan apa yang diributkan Fya."Diantaranya..totalnya ada delapan anak. mereka bukan kelompok. berdiri sendiri. namun murid lain menganggap mereka satu kelompok yang sama." Tyas memperbaiki duduknya dan menghadap Fya. Fya mengerti mengapa kemarin murid lain langsung menuruti kata-kata Fendy saat Jake menganggunnya, atau saat Jake mengganggunya para murid cewe memandang iri ke arahnya. atau karena itu cewe indo itu mengatakan hal itu."cewe indo tadi?" Fya berkata heran."Bukan...dia mungkin hanya disuruh oleh seseorang." Tyas berkata acuh."siapa?" "aku tidak tahu..." tyas kembali menopang dagunya."Diamonds yang lain?" Fya masih penasaran. diam-diam dia kesal dengan jawaban tyas yang setengah - setengah."hm...Vido,Renata,Vando.."belum sempat Tyas meneruskan kata-katanya, Fya mencegatnya."Vando?""Ya...kenapa?""eh..tidak, tidak." Fya menggendalikan keterkejutannya."Trus siapa lagi.?'" lanjut Fya.Tyas meneruskan, posisi duduknya kini lebih tegap."dua anak kelas tiga dan..aku"Fya menganga, Tyas? Diamonds? tangan Fya menunjuk Tyas.Tyas mengalihkan telunjuk Fya yang mengarah padanya kesamping."Ya..aku, huh. aku benci mengatakan hal ini." Tyas kembali membuka-buka bukunya dengan malas. Saat itu juga Guru fisika masuk dan pelajaran dimulai.%^(Bersambung)^&**(
0 komentar:
Posting Komentar