Tidak ada kebaikan bagi pembicaraan kecuali dengan amalan.
Tidak ada kebaikan bagi harta kecuali dengan kedermawanan.
Tidak ada kebaikan bagi sahabat kecuali dengan kesetiaan.
Tidak ada kebaikan bagi shadaqah kecuali niat yang ikhlas.
Tidak ada kebaikan bagi kehidupan kecuali kesihatan dan keamanan

Jumat, 19 November 2010

One Pearl And Diamonds Part 4

Fya sesekali melirik ke arah Tyas, dia ingin tahu apakah Tyas telah membalas pertanyaannya yang dituliskan di kertas kecil. Boro-boro membalasnya, membacanya pun tidak pikir Fya. Selama pelajaran, Fya tidak dapat berkonsentrasi penuh untuk menyerap pelajaran. Pikirannya hanya dipenuhi dengan permasalahan pelik yang kini menimpanya. Siapa sebenarnya tunangannya dan apa sebenarnya kelompok Diamonds? Apakah tunangannya salah satu dari kelompok Diamonds? siapa sebenarnya tunangannya? Vando, Fendy, Jake? atau Leo, Vido dan..entahlah dia tidak tahu dengan mereka...
"Huhh!" Fya menjambak sedikit rambutnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Seregar!" Guru Fisika memanggil namanya.
Fya tersontak kaget, "Ya..pak!"
"Kalau kamu pusing dengan pelajaran saya, sebaiknya kamu menanyakannya langsung apa yang tidak kamu mengerti. Jangan menjambak rambut seperti itu!" Guru Fisika berkata sambil melorotkan sedikit kacamaanya. Kontan celetukan dari Guru Fisika membuat hampir seisi kelas tertawa.
Muka Fya bersemu merah, dilihatnya Tyas sedikit menyunggingkan senyumnya. Tapi tetap saja, Tyas sama sekali tidak menjawab pertanyaan yang ditulisnya diselembar kertas itu.
Seuisai Pelajaran Fisika berakhir, Tyas beranjak dari tempat duduknya dan menuju keluar kelas. Sebelum Tyas berjalan lebih jauh, Fya mengejarnya. Dia mencari kemana Tyas pergi, namun yang didapatinya Jake berjalan kearhnya.
"Hai, Fya!" Jake melemparkan senyumnya. Wajah Jake terlihat tampan saat tersenyum. Tapi Fya menggeleng-gelengkan kepalanya dan menganggap Jake pasti hanya akan mengerjain ya jika dia terpana dengan senyuman Jake.
Fya ingin pergi dari tempat dia berpijak sekarang, tetapi tangan Jake menghalangi langkahnya.
"Weits...mau kemana kamu?" Jake mendekatkan wajahnya ke pipi Fya, spontan Fya menjauhkan wajahnya.
"mau..ke kelas, kamu sendiri kenapa bolos?"
Jake menjauhkan wajahnya namun dia merangkul Fya.
"Pelajaran olah raga, aku lagi sakit nih Fya..." suara Jake manja.
Fya menjauhkan tangan Jake dari bahunya namun Jake malah mempererat rangkulannya.
Boom! tiba-tiba satu pukulan tepat mendarat di pipi Jake.
"awww!" Jake mengaduh kesakitan.
"Oh, jadi ini sebabnya kamu bolos olah raga Jake?" Fendy berkata dengan sinis kearahnya.
"hey..kenapa kamu selalu memukulku sih, sakit tau!" Jake berkata sambil memegangi pipinya yang terlihat merah.
"Siapa dia?" Suara cewe terdengar lembut.
Fya memandang cewe yang berada disamping Fendy. cewe itu memiliki impian yang diinginkan oleh hampir seluruh cewe remaja. Wajahnya oval dengan pipi yang selembut pantat bayi, bibir tipis, dagunya seperti sarang lebah dan senyum seindah bulan sabit. tubuhnya tinggi langsing dengan rambut terurai panjang. kulit tubuhnya bewarna kuning langsat. kecantikan wanita Asia yang eksotik.
"Oh..ini Fya" Fendy menyebutkannya kepada cewe itu.
Fya rasa dia pernah melihat siapa cewe ini. kalau tidak salah namanya Jean. ya, Jean Renata! dia salah satu dari anggota Diamonds. Tidak heran mengapa dia bisa menjadi anggota Diamonds. Jean adalah ikon suatu produk kecantikan remaja, wajahnya menghiasi berbagai majalah remaja dan karirnya dalam dunia hiburan sangat cemerlang. Dia terkenal sebagai seorang public figure yang tidak hanya cantik namun juga cerdas.
Jean mengulurkan tangannya, Fya menyambutnya.
"Renata" Jean mengulurkan tangannya.
"Bukan Jean?" Fya bertanya pelan.
Renata tersenyum, sangat manis.
"hm...panggil saja aku Renata, ya?"
Fya mengangguk tersenyum.
Tiba-tiba Vando datang ke arah mereka.
"Jake, Fendy! Aku rasa aku berkewajiban memanggil kalian untuk kembali ke kelas. aku tidak akan meolong jika kalian membolos dengan percuma." Vando berkata tegas.
"Ya...ya" Jake mendekati Vando dan membisikkan sesuatu yang terdengar jelas diantara mereka.
"aku rasa...kamu harus menyerahkan Fya kepadaku. Renata sudah datang tuh!"
Jake berjalan menjauh sambil tersenyum, seolah telah memenagkan sesuatu.
"Oh, aku punya saingan ya?" Renata menatap Fya dengan tersenyum.
"Aku rasa kalian hanya sahabat. Bukankah begitu?" Renata menatap Vando. Vando hanya menatap Renata malas.
"selamat datang Renata, maaf aku tidak bisa menjemputmu" Vando melihat kearah Renata sekilas.
"huh! sebaiknya aku pergi." Fendy meninggalkan mereka diikuti Renata.
"yah..aku pergi dulu, Van jangan lupa untuk makan siang bersama ya?" Renata lalu menyusul langkah Fendy.
Fya tidak tahu apa yang kini dilihatnya. Ternyata mereka akrab satu sama lain?
"KAmu nggak ke kelas?" Vando menatap Fya lembut.
"oh..eh," Fya menatap jam tangannya. sekarang dia telah meninggalkan setengah jam dari jam pelajaran seharusnya.
"Ya...aku pergi dulu!" Fya beranjak pergi. dia tidak tahu harus mengatakan apalagi kepada VAndo.
"fya..." Vando memanggilnya. Langkah Fya terhenti, dia menoleh ke arah Vando.
"Hm... makan siang bareng yuk?" Vando tersenyum kecil.
"Hah?" Fya kaget dengan ajakan Vando.
"Tidak bersama mereka, hanya kita berdua. aku males makan dengan mereka!" Wajah Vando terlihat sebal saat mengucapkan kata mereka.
Fya masih terdiam tanpa menjawab apapun.
"Bagaimana? iya kan?" Vando menatap Fya.
Tanpa sempat berpikir, Fya menganggukkan kepalanya.
#%_^_^&
Fya kembali ke kelas dan dilihatnya Tyas sudah duduk dan menulis di mejanya.
"Dari mana kamu?" Fya berbisik kepada Tyas saat dia duduk di bangkunya.
"Harusnya aku yang bertanya kamu dari mana?" Tyas berkata tanpa menolehkan pandangannya ke arah Fya. Tangannya masih sibuk menulis.
"tadi nyari kamu"
"untuk apa?" Tyas masih tidak menoleh ke arahnya.
"Hm...ingin nanya" Fya masih berbisik pelan.
"sudah ku bilang, jangan tanya tentang Diamonds padaku. Aku benci!" Tyas memandang ke arah Fya dengan tatapan tajam yang tidak pernah dilihat Fya sebelumnya. Tyas marah.
Fya hanya diam mengikuti pelajaran. Pikirannya melayang tentang rencana makan siangnya bersama Vando. Jika mereka masih sahabat seperti dulu, makan siang ini mungkin hanya menjadi pelepas rindu sahabat lama yang sudah lama tidak bertemu. Fya masih memikirkan kata-kata Jake tadi. apa artinya Vando pacaran dengan Renata? beruntung sekali dia! tapi kenapa sikap Vando seperti bukan pacarnya Renata? huh....biarlah berlalu, Fya ingin pikirannya tentang Diamonds cepat berlalu sehingga dia bisa konsentrasi mencari siapa tunangannnya.
Fya teringat dengan petunjuk yang diberikan ayahnya tentang tunangannya. Dia mengambil buku catatan kecil dan membuka halaman tempat dia menuliskan catatan petunjuk itu. Disana tertulis tunangannya adalah seseorang yang pernah bertemu dengannya diwaktu kecil, ayah dari tunangannya adalah teman dekat ayah Fya dan tunangannya mempunyai bekas luka jatuh di lengannya.
Fya tercengang dengan apa yang dibacanya. Bukankah petunjuk tunangannya ini sangat menjurus kepada seseorang? seseorang yang kini bisa saja berada didekatnya?
#$@^_^&*&
Fya hanya diam saat Vando mengajakna menuju ruangan musik yang terletak paling ujung dari koridor sekolah. Fendy pernah membawanya kesini saat mereka melarikan diri dari kerumunan atas peristiwa mading dahulu. Vando duduk tepat di depan piano dan Fya berdiri disebelahnya.
“Masih ingat, kita biasa memainkannya diam-diam di rumahku saat tidak ada orang di rumah?” Vando menekan satu nots dengan jari telunjuknya.
“Ya…masih! Ingat banget, apalagi kamu terbiasa memainkan lagu over the rainbow. Iya kan?” Fya turut menekan nots dan tersenyum kearah Vando.
Semenit kemudian Vando memainkan over the rainbow dengan masih sempurna seperti dahulu. Sejak kecil, sebelum mengenal huruf dan angka. Vando telah belajar memainkan piano. Ibu kandung Vando adalah seorang pianis terkenal Indonesia. setelah ibunya meninggal karena depresi masalah rumah tangga yang berat, Vando kemudian hanya tinggal bersama dengan ayahnya. Setelah kematian ibunya, Vando yang dititipkan kepada ayahnya tidak dapat memainkan piano secara bebas. Ayah Vando sangat benci dengan piano dan apapun yang berhubunga dengan mendiang ibunya. Walaupun sebenarnya ayahnya masih menyimpan satu piano tua di gudang rumahnya.
Tiba-tiba saja alunan piano Vando berhenti.
“Kamu tidak beli makan untuk makan siang?” Vando melirik kerahnya.
“o,ya…lupa.” Fya menggaruk telungkuknya yang tidak gatal.
“Kamu mau makan apa?” Fya bertanya kepada Vando.
“Hm..biar aku saja yang menelpon mba kantin dan menyuruhnya membawa ke sini” Vando mengambil Hpnya dan menekan tombol.
“kamu mau apa?” Vando berbalik tanya pada Fya. Fya masih kebingungan, kenapa tidak langsung ke kantin saja?
“Oh..eh, maaf Fya. Aku tidak bisa ke kantin. Aku kurang suka tempat ramai seperti itu. Lagi pula anak-anak lain akan heran kenapa aku makan disana. Selama ini aku tidak pernah makan di kantin. Memesan dari sana pun jarang. Kami biasanya lebih senang memesan makanan dari restoran luar.” Vando menerangkan dengan lebar seolah dia berhasil menjawab kebingungan Fya.
Kami? Diamonds? Pasti mereka, pikir Fya. Vando memang sangat susah untuk berbaur dengan orang banyak, bahkan untuk mempercayai seseorang pun harus memerlukan waktu yang lama. Tetapi seberapa berpengaruhnya Diamonds pada Vando?
“Aku pesan sama seperti mu” Fya duduk disamping Vando yang mengambil tempat duduk di sampingnya.
“Van..ada yang pengin aku nanyain.” Fya tertunduk, Vando menatapnya.
“Apa? Tanyain aja.” Vando mengangkat alisnya.
“hm..Diamonds itu seperti apa sih Van?” Fya mengangkat wajahnya. Vando menelan ludahnya, dia mengalihkan pandangannnya.
“Diamonds ya…” Vando menghentikan kalimatnya sebentar lalu meneruskannnya kembali.
“Diamonds adalah julukan yang diberikan bagi anak yang memiliki hak kekuasaan melebihi para murid lain. Kebanyakan dari murid yang mendapatkan nama Diamonds berasal dari keluarga elit.”
“Kamu…bagaimana?” Fya memotong kata-kata Vando.
“Hm..” Vando menatap wajah Fya.
“Gelar itu begitu saja aku terima. Aku bahkan tidak memikirkan menagapa aku bisa mendapatkannya.” Vando menatap lurus kepada Fya. Fya tidak berani membalas tatapan elang Vando. tapi beberapa detik kemudian dia menatap mata Vando kembali.
“Jadi bagaimana kamu bisa dekat dengan mereka? Fendy, Jake, renata…”
:Oh.. Tyas ya yang memberitahumu tentang Diamonds?” Vando kembali membalikkan pertanyaan.
“Ya…” Fya mengangguk.
“well…sebenarnya hampis semua anak yang menyandang nama Diamonds tidak menyukainya. Termasuk Tyas.”
Fya memperbaiki posisi duduknya dan mendengarkan dengan seksama.
“ Anak yang menyandang nama Diamonds akan lebih suka berteman dengan sesama Diamonds, mereka akan sulit mempercayai orang lain karena banyak sekali yang mendekati mereka dengan tujuan yang tidak tulus. Mereka akan lebih senang untuk mengerjakan apa yang mereka sukai sendirian daripada harus bersama-sama dan berkumpul dengan orang lain. Oleh karena itu, mengapa Diamonds mempunyai ruangan private dan segala hal istemewa sendiri.” Vando tersenyum ke arah Fya dan mengacak rambutnya.
“Sudahlah… baik aku Diamonds atau tidak, aku akan tetap berada disampingmu!” Muka Fya bersemu merah mendengarnya. Fya balas mengacak rambut Vando. Seketika itu pula pelayan kantin masuk ke ruangan kelas.
Usai membayarnya, Vando meletakkan makanan ke atas meja dan menyantapnya.
“Benar-benar lebih enak ternyata.” Vando tersenyum kecil.
Makan siang mereka hanya diisi dengan canda tawa mengingat masa lalu. Untuk sementara Fya menunda untuk menanyakan Diamonds lebih jauh apalagi membicarakan masalah pertunangan.
$#%#(bersambung)%$#

0 komentar:

Posting Komentar

 
Cheap Web Hosting | new york lasik surgery | cpa website design