Malam itu Furqan tidak tidur. Setelah shalat Tahajud, ia
mengharu biru bermunajat kepada Tuhannya. Shalawat Munjiyat
ia hayati dan ia baca berulang kali. Doa Nabi Yunus ia
resapi maknanya dan ia baca berulang-ulang kali dengan airmata
terus menetes tiada henti.
Menjelang Subuh ia lelah. Ia rindu pada hadis-hadis Nabi.
Ia membuka Sunan Tirmidzi. Ia membuka asal membuka. Kedua
matanya membuka sebuah riwayat dari Anas: Sesungguhnya
sedekah itu bisa meredam murka Tuhan dan menjaga seseorang
dari kematian yang buruk. 70 Hadis yang termaktub dalam Su-
70 Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, hadis no. 658. Hadis ini juga dimuat oleh Imam
Ibnu Qudamah dalam kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin.
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
313
Ilyas Mak’s eBooks Collection
nah Tirmidzi itu begitu terasa menyejukkan kalbunya. Ia tak
ingin dimurka Allah. Ia tak ingin mati dalam keadaan buruk.
Maka paginya setelah shalat Subuh dan itikaf sampai
Dhuha tiba ia keluar masjid dan berjalan sepanjang jalan
untuk membagi sedekah pada orang Mesir yang memerlukannya.
Barulah setelah itu ia sarapan dan pulang. Pagi itu
jiwanya lebih tenang. Ia lebih siap membaca hasil test
darahnya.
Jam sepuluh ia pergi ke Rumah Sakit dengan menggunakan
bus. Hal yang sudah lama tidak ia lakukan. Biasanya ia
memakai mobil sendiri atau taksi.
Sampai di Terminal Abbasea ia melihat seorang ibu meminta-
minta. Ia turun. Ia sedekahkan uang lima puluh pound.
Ibu-ibu itu terbelalak, lalu mengucapkan beribu-ribu terima
kasih dan nyaris sujud di kakinya saking gembiranya. Ia lalu
melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Sepanjang jalan ia
terus melafalkan doa Nabi Yunus tiada henti. Dengan harapan
ia diselamatkan oleh Allah sebagaimana Nabi Yunus disela -
matkan oleh Allah.
Begitu sampai di Rumah Sakit, sang petugas sudah tahu
kenapa dia datang. Tanpa ia bertanya petugas berkumis tipis
itu langsung menyodorkan selembar kertas, sambil berkata,
"Ini hasilnya Tuan!"
Furqan langsung membukanya perlahan dengan tangan
gemetaran. Jantungnya berdegup kencang. Ia membaca-nya
dengan seksama. Ia mengeja hasil yang tertera dalam kertas
putih itu. Dan ia dinyatakan POSITIF. Jan-tungnya nyaris
berhenti. Ia tidak percaya dengan apa yang ia baca. Ia perhatikan
baik-baik. Ia eja hurufnya. Dan kata yang tertulis tetap
sama: POSITIF. Ia baca keterangan lain. Mungkin inisial
yang salah. Mungkin nama yang tertera di situ bukan namanya.
Tapi ia tidak mendapatkan hal yang mengubah rasa
Habiburrahman El Shirazy
314
Ilyas Mak’s eBooks Collection
tertekannya yang luar biasa. Nama yang tertera dan nomor
paspornya adalah miliknya.
Ia merasakan langit seolah runtuh menimpa kepalanya.
Pikirannya terasa gelap. Air matanya langsung tumpah. Ia
merasa telah mati. Pedang yang sangat tajam seolah telah
membabat lehernya. Tombak paling tajam dan berkarat seolah
menancap di dadanya. Seluruh persendiannya seolah dipaku
dengan paku-paku berkarat nan runcing. Tulang-tulangnya
seolah telah dilolosi satu per satu. Sesaat lamanya ia tidak bisa
berbuat apa-apa. Seolah-olah bumi hendak membetot kakinya.
Airmatanya terus meleleh membasahi pipinya.
"Anda tidak apa-apa?" Tanya petugas berkumis tipis
pelan.
"A...apakah ini tidak mungkin keliru?" Kata Furqan dengan
suara terbata-bata.
Petugas itu menggelengkan kepalanya seraya berkata
pelan, "Tidak mungkin. Bersabarlah. Ujian Allah bisa datang
dalam bentuk apa saja. Bersabarlah!"
Tangis Furqan meledak, "Bagaimana mungkin ini terjadi?
Bagaimana mungk in? Aku tidak pernah melakukan dosa
besar itu. Tidak pernah!"
Tangisnya menarik perhatian beberapa orang yang lewat
tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Sabarlah saudaraku. Sabarlah. Tenangkan pikiranmu.
Percayalah Allah Maha Pengasih dan Penyayang."
"Aku tak percaya lagi Allah Maha Penyayang. Aku tak
percaya lagi hi... hi...!" Hati Furqan benar-benar terguncang.
Ia merasa dunianya telah kiamat. Belaiar kerasnya selama ini
sia-sia. Gelar masternya sia-sia. Hidupnya sia-sia. Dan ibadahnya
menyembah Allah selama ini ia rasakan sia-sia.
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
315
Ilyas Mak’s eBooks Collection
"Aku tak percaya lagi Allah Maha Penyayang. Aku tak
percaya lagi...!" Furqan kembali mengulang apa yang baru saja
diucapkannya sambil menangis.
Petugas berkumis tipis itu bangkit dari tempat duduknya
lalu berdiri mendekap Furqan. Ia mendekap seperti seo-rang
ayah mendekap anak kesayangannya.
"Aku percaya kau sedih. Aku percaya kau terpukul. Tapi
dinginkanlah kepalamu. Bersabarlah. Apa yang tertulis dalam
kertas itu belum akhir dari hidupmu. Masih ba-nyak yang bisa
kau lakukan dalam hidupmu."
Furqan memeluk petugas itu erat-erat.Ia memeluk seperti
anak kecil memeluk ibunya karena takut jika ditinggal pergi.
"Hidupku sudah tamat. Aku sudah mati! Lebih baik aku
langsung dikubur saja daripada aku harus menanggung aib
yang sangat memalukan diriku, ibuku, ayahku, dan keluarga -
ku!"
"Bersabarlah. Sebagian besar orang yang terkena HIV
memang akibat dari perbuatan dosa, perbuatan yang menjijikkan.
Namun ada yang terkena HIV bukan karena dosanya.
Hanya karena takdir telah menggariskan dia demikian,
sebagai ujian. Jangan pesimis. Kenapa tidak kauanggap ini
sebagai ujian yang kau harus lulus dengan hasil terbaik di sisi
Allah?"
"Kau bisa berkata begitu karena kau tidak mengalami apa
yang aku alami. Aku tak tahu harus berbuat apa lagi. Ke mana
aku harus melangkahkan kaki ini. Aku tidak tahu. Hidupku
sudah tamat!"
Petugas berkumis tipis itu diam. Furqan masih terisakisak.
Tiba-tiba Furqan merasakan kepalanya seperti dikeluarkan
isinya. Sakit sekali. Lalu semuanya terasa gelap.
Habiburrahman El Shirazy
316
Ilyas Mak’s eBooks Collection
Furqan pingsan. Petugas ihl membawa Furqan ke ruang
perawatan. Pada saat ihl Kolonel Fuad datang. Ia berbincang
sebentar dengan petugas. Ia lalu melihat Furqan. Kolonel
Fuad mengamankan segala sesuahmya. Ia meminta kepada
pihak rumah sakit untuk menjaga keraha-siaan apa yang
dialami Furqan. Dia mengatakan, "Pihak Keamanan Negara
yang akan langsung menangani hal ini." Kolonel Fuad lalu
menunggu Furqan sampai siu-man.
Begitu siuman Furqan langsung ingat apa yang dialaminya.
Ia langsung menangis. Kolonel Fuad menenangkannya.
"Aku akan membantumu. Aku akan membantu menyelamatkan
reputasimu, nama baikmu dan keluargamu. Tapi kau
harus dengar kata -kataku Furqan!" Kata Kolonel Fuad tegas.
Furqan diam sesaat. Kata-kata Kolonel Fuad ihu memberikan
setitik cahaya dalam gelap dunia yang ia rasakan.
"Aku telah minta rumah sakit merahasiakan hasil pemeriksaanmu.
Aku akan minta mereka menghapus filemu. Tapi
kau tetap harus meninggalkan negara ini. Dan kau harus
berjanji padaku, bersumpah demi Allah bahwa kau tidak akan
membahayakan orang lain. Tidak akan menu-larkan virusmu
pada orang lain. Kalau kau mau aku akan bantu dirimu. Akan
aku bantu menutup rahasiamu ini. Tak akan ada orang yang
tahu bahwa kau mengidap virus HIV kecuali kau sendiri, aku,
beberapa petugas rumah sakit dan tentu saja Allah Swt.
Dengan begitu kau masih bisa menghirup udara dengan lebih
lega. Bagaimana? Kau mau berjanji padaku dan bersumpah
demi Allah?"
Mata Furqan sedikit berbinar.
"Mau Kolonel."
"Baiklah." Kolonel itu lalu mengambil mushaf Al-Quran
dari saku depan jaket cokelat tuanya. "Peganglah Al-Quran ini
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
317
Ilyas Mak’s eBooks Collection
dan bersumpahlah bahwa kau tidak akan menularkan virusmu
pada orang lain."
Dengan meneteskan airmata Furqan bersumpah seperti
yang diminta oleh Kolonel Fuad. Ia sedikit lega. Tapi dunia
sudah tidak lagi cerah baginya. Baginya hidup ini sudah tidak
ada lagi gairahnya.
"Terima kasih Kolonel. Bagaimana dengan KBRI? Saya
sudah pernah bercerita apa yang saya alami pada orang-orang
KBRI? Dan bagaimana dengan temanteman satu rumah saya?
Mereka sudah tahu bahwa saya periksa darah?"
"Ah itu gampang!" Jawab Kolonel Fuad. "Aku akan mintakan
untuk kamu agar rumah sakit membuatkan kete-rangan
bahwa hasil kamu negatif. Itu bisa kamu tun-jukkan pada
teman-teman satu rumah kamu dan orang-orang KBRI yang
bertanya padamu. Dengan begitu nama kamu di Mesir ini
tetap bersih. Sebab aku tahu sesungguhnya kamu sama sekali
tidak bersalah c1alam masalah ini. Bagaimana?"
"Terima kasih Kolonel."
"Sebentar kalau begitu ya. Kau istirahat dulu. Akan aku
mintakan surat keterangan itu saat ini juga." Kolonel itu lalu
melangkah meninggalkan ruangan di mana l urqan berbaring.
Ia hanya sendirian di ruangan yang berisi tiga tempat tidur
itu.
Furqan memejamkan mata. Ia tetap merasa sebenarva ia
telah mati. Ia masih tidak percaya bahwa semua ini bisa
terjadi. Dan begitu cepat semua ini terjadi. Ia menangis. Ia
teringat semua rasa optimismenya dan kini semua itu sirna. Ia
bertanya-tanya apa ini semua adalah akibat dari kesom -
bongannya yang berpandangan bahwa takdir bisa dikalkulasi.
Tiba-tiba hp-nya berdering. Ada SMS masuk. Ia buka.
Dari Ustadz Mujab. Lalu ia baca dengan mata kerkaca -kaca,
Habiburrahman El Shirazy
318
Ilyas Mak’s eBooks Collection
"Ass wr wb. Akhi, apa kabar? Ini ada kabar baik
bagimu. Akhi, alhamdulillah hasiinya positif. Aku baru dpt
SMS dari Anna Althafunnisa. Dia menyatakan menerima
pinanganmu. Dia menunggumu di indonesia. Syukran. "
Membaca SMS itu ia langsung menangis. Ia semestinva
bahagia. Namun apalah gunanya kesediaan Anna Althafunnisa
jika ia sendiri sudah merasa tidak lagi menjadi manusia yang
pantas hidup. Apa kira-kira reaksi gadis yang ia dambakan
menjadi isterinya itu jika tahu ia mengidap AIDS? Akankah ia
tetap menyatakan kesedia-annya menerima pinangannya? Jika
Ustadz Mujab tahu ia terkena AIDS, akankah tetap mengirimkan
SMS itu padanya? Ia sendiri tidak tahu apa reaksi
kedua orang tuanya jika mengetahui anaknya telah mengidap
AIDS?
Ia membaca kembali SMS dari Ustadz Mujab.
Akhi, alhamdulillah hasilnya positif.
Alangkah berbedanya kata "positif" yang tertulis dalam
SMS Ustadz Mujab dengan positif yang tertulis dalam kertas
hasil periksa darah yang tadi ia baca Matanya berkaca-kaca.
Membaca SMS Ustadz Mujab semestinya ia menjadi orang
paling berbahagia saat itu. Namum saat ini SMS itu justru
membuat hatinya semakin merana.
"Ini. Suratnya sudah jadi." Suara Kolonel Fuad mengagetkannya.
Ia sama sekali tidak mendengar langkahnya.
"Dengan surat ini kau bisa meyakinkan siapa saja bahwa kau
bebas AIDS. Asal kau tidak periksa darah lagi saja. Kalau kau
sudah kuat segeralah kau pulang. Bersikaplah biasa saja.
Anggap saja kau masih Furqan yang kemarin. Dan saya beri
waktu tiga hari untuk meninggalkan Mesir." Lanjut Kolonel
Fuad.
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
319
Ilyas Mak’s eBooks Collection
"Terima kasih Kolonel." Jawab Furqan sambil menerima
secarik kertas itu. Secarik kertas itulah yang ia anggap akan
menyelamatkan namanya. Ia tidak bisa memba-yangkan jika
semua orang Indonesia di Cairo tahu ia mengidap AIDS. Ia
tidak bisa membayangkan jika ada satu koran nasional
Indonesia yang memuat berita tentang dirinya yang mengidap
AIDS. Sebab banyak maha-siswa Indonesia yang menjadi
koresponden koran Tanah Air. Dan mereka bisa menulis apa
saja.
Hp-nya kembali berdering. Ia buka SMS dari Ustadz
Mujab. SMS yang sama. Dikirim dua kali. Furqan harus
menjawabnya. Dan ia belum menemukan kata -kata yang tepat
unhuk menjawabnya. Hatinya ia rasakan perih bagai diiris-iris
silet berkarat di semua sisinya.
Minggu, 12 Desember 2010
25 LANGIT SEOLAH RUNTUH
Posted by Dini Ariani on 22.55
0 komentar:
Posting Komentar