Waktu terus bergulir. Ujian Al Azhar mendekati hari
akhir. Azzam sudah selesai ujian. Begitu selesai mengerjakan
semua soal dengan baik, di dalam hati ia mengucapkan tahmid
dan takbir. Ia merasa begitu dimudahkan oleh Allah dalam
menjawab soal. Hampir tujuh puluh persen dari yang ia ringkas
keluar. Ia sangat optimis Allah akan memberinya kelulusan.
Selesai ujian Azzam teringat akan pesanan Eliana, Putri
Pak Dubes; Soto Lamongan untuk syukuran pesta ulang ta -
hunnya. Ia langsung bergerak mencari informasi resep terbaik.
Juga mencari bahan-bahannya. Nanang memberikan
nomor telpon kerabatnya yang profesinya memang jualan
Soto Lamongan di Surabaya. Azzam langsung menelponnya.
Ia bertanya banyak hal dan panjang lebar tentang Soto
Lamongan. Setelah ia rasa cukup lengkap informasinya, ia
mencoba membuatnya. Orang-orang satu rumahnya yang
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
321
Ilyas Mak’s eBooks Collection
menilainya. Hanya Ali yang mengatakan mantap. Yang lain,
termasuk Nanang, yang asli Lamongan masih merasa kurang.
Kurang puas ia mencoba membuat lagi. Mereka mencicipi
lagi. Masih juga dianggap kurang mantap Ia mencoba mem -
buat lagi. Yang ketiga oleh Nanang dianggap cukup dan lumayan.
Ia jadi percaya diri.
Pada hari H. ia telah siap dengan Soto Lamongannya di
halaman Wisma Duta, tempat di mana syukuran ulang tahun
diadakan. Acara itu yang kata Putri Pak Dubes sederhana,
tetap terasa mewah. Ternyata makanan yang dipesan tidak
hanya Soto Lamongan, tapi ada juga Coto Makasar, Empekempek
Palembang, dan nasi minyak campur daging khas
Yaman.
Karena dibanding yang lain Soto Lamongan adalah makanan
yang paling langka ada di Cairo, maka Azzam benarbenar
dibuat sibuk oleh antrean hadirin yang menginginkan
hasil masakannya. Ia melayani dengan sabar. Hampir semua
orang mengatakan rasanya mantap dan memuaskan. Dengan
Soto Lamongan itu Putri Pak Dubes merasa teristimewakan.
Dan seperti yang telah disepakati selesai acara itu ia mendapat
3000 pound untuk 500 mangkok Soto Lamongan yang ia
hidangkan.
Dengan uang itu ia bisa membeli tiket pesawat untuk
pulang. Sisanya bisa ia gunakan untuk membeli buku-buku
dan kitab-kitab penting. Ia tersenyum, bahwa hari yang ia
nanti-nantikan sebentar lagi juga datang. Hari ia terbang
pulang, berkumpul denga n keluarga tersayang.
Selesai acara Eliana mengajaknya berbicara. Eliana
bertanya banyak tentang Furqan padanya. Azzam menjawab
dengan jawaban seorang sahabat yang setia pada sahabatnya.
Azzam menjelaskan segala yang baik tentang Furqan dan
menutupi kekurangannya. Dan Azzam menjelaskan juga bahwa
Furqan kemungkinan besar sudah punya seorang calon
sebagai pendamping hidupnya. Namun Azzam tidak mau
menyebutkan namanya. Eliana sempat kaget, tapi tidak ada
perubahan rona di wajahnya. Putri Pak Dubes i'tu malah bertanya,
Habiburrahman El Shirazy
322
Ilyas Mak’s eBooks Collection
"Kalau Mas Khairul sendiri sudah punya calon?"
Azzam menjawab dengan senyum saja.
"Kok cuma senyum. Jadi sudah punya?" Tanya Eliana
lagi.
"Belum. Apa Mbak Eliana mau jadi calonku hehehe...?
Jadi isteri pembuat tempe itu makmur lho Mbak. Gizi keluarga
selalu tercukupi hehehe..." Kata Azzam sambil bergurau.
"Wah kalau begitu, aku mau. Siapa yang tidak mau gizinya
tercukupi hi hi hi." Jawab Eliana juga sambil bercanda.
Eliana lalu bercerita dua atau tiga bulan ke depan akan
pulang ke Indonesia. Ia akan membintangi sebuah film layar
lebar garapan sutradara nomor satu di Indonesia. Dan Solo
adalah salah satu lokasi yang diambil dalam setting film layar
lebar itu.
"Wah kalau saya sudah pulang asyik bisa lihat Mbak
Eliana akting." Sahut Azzam santai.
"O ya, rumah Mas Khairul di Solo ya?"
"Iya. Tepatnya di Kartasura-nya."
"Kalau begitu minta alamatnya. Siapa tahu saya ada
kesempatan mampir nanti."
"Boleh. Ibu dan adik-adik saya pasti senang jika kedatangan
tamu artis cantik seperti Mbak."
Eliana merasa tersanjung mendengar perkataan Azzam
yang pada akhirnya memuji kecantikannya Selama ini ia belum
pernah mendengar pemuda satu ini memuji kecantikannya.
Dan kali ini ia mendengarnya.
"Dan ibu saya pasti akan lebih senang lagi jika Mbak
Eliana misalnya jadi mampir nanti memakai busana Muslimah.
Wah ibu saya bisa tidak bisa tidur berharihari. Beliau pasti
akan mengatakan, 'Wualah-wualah ini kok ada bidadari datang
kemari wualah-wualah.' Begitu. Ibu saya akan merasa
seperti kedatangan tamu paling agung." Azzam melanjutkan
perkataannya dengan santai. Ia sudah menganggap Eliana
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
323
Ilyas Mak’s eBooks Collection
bukan siapa-siapa. Bukan gadis istimewa yang sempat memesonanya
ketika awal kali bertemu dengannya. Eliana sudah ia
anggap seperti orang lain pada umumnya.
Apalagi saat itu, dalam diri Eliana tak menunjukkan
adanya tanda-tanda perubahan ke arah yang lebih baik dari
tatacaranya berbusana. Masih suka memakai kaos ketat dan
cekak yang jika jongkok maka sebagian kulit tubuh belakangnya
kelihatan. Bagi Azzam, gadis seperti itu bukanlah impiannya.
Baginya, gadis cantik, kaya dan cerdas seperti Eliana
belumlah cukup. Tapi ia harus berbalut perangai mulia. Yaitu
perangai yang ditunjukkan oleh Ummul Mukminiin, Sayyida
Khadijah.
"Baiklah. Kalau sempat mampir aku akan pakai busana
Muslimah. Menyenangkan orang katanya dapat pahala. Iya
kan?" Kata Eliana sambil tersenyum.
"Iya benar."
"O ya Mas Khairul. Mulai awal bulan depan sinetron
perdana saya mulai tayang. Judulnya, 'Dewi-dewi Cinta'.
Tayang seminggu sekali tiap malam minggu jam delapan
malam. Prime time lho, Mas. Beritahu ibunda Mas Khairul.
Kalau perlu, beritahukan kepada ibunda Mas Khairul bahwa
yang jadi pemain utamanya adalah teman baik Mas Khairul."
"Baik. Nanti kalau saya kirim kabar ke Indonesia saya
beritahu mereka."
"O ya aku dengar Furqan baru pulang ke Indonesia. Mas
Khairul ikut mengantar ke Bandara?"
"Wah aku malah tidak tahu Mbak. Kok tidak bilangbilang
ya? Biasanya dia memberitahuku."
***
Pengumuman ujian biasanya keluar bulan Juli. Azzam
mentargetkan awal bulan Agustus sudah pulang. Masih ada
waktu kira-kira satu bulan. Ia harus memanfaatkannya dengan
sebaik-baiknya. Ia ingin mengkhatamkan belajar Al-Qurannya
setiap Subuh pada Imam Masjid di dekat apartemennya.
Untuk itu, bisnis tempenya sementara ia percayakan pada Rio.
Habiburrahman El Shirazy
324
Ilyas Mak’s eBooks Collection
Ia hanya mengontrol dan mengarahkan saja. Namun ia tetap
memerlukan tambahan dana. Sebab, ketika ia pulang ke Indonesia
nanti, awal-awal hidup di Tanah Air, ia jelas perlu dana.
Perlu modal. Ia tidak mungkin minta ibunya atau adik-adiknya.
Maka bisnis tempe dan bakso tetap harus jalan sampai
hari H ia pulang.
***
Kepada Nasir, yang menjadi broker tiket Malaysian Air
Lines, Azzam telah memesan tiket untuk awal Agustus. Sekali
jalan, dari Cairo ke Jakarta. Ia telah membayarnya lunas. Itu ia
lakukan agar ia mendapatkan seat. Bulan Agustus adalah bulan
mahasiswa banyak pulang. Jika tidak memesan seat sejak
awal bisa tidak mendapatkan dan akibatnya pulang pun tertunda.
Orang satu rumah sudah tahu kalau Azzam memang
berniat pulang. Dan kemungkinan besar adalah pulang ke
Tanah Air untuk selama-lamanya. Artinya tidak akan kembali
ke Mesir lagi untuk melanjutkan studi. Beberapa orang dari
Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah ada yang nitip. Azzam
menerima dengan lapang dada. Ia sediakan satu tas ransel. Ia
katakan pada yang mau nitip, "Tas itu yang untuk membawa
titipan, selama barang kalian masih bisa masuk dalam tas itu
silakan. Jika sudah penuh berarti kuota untuk barang titipan
sudah penuh." Jika tidak begitu ia akan sangat kerepotan.
Sebab ia sendiri juga akan membawa barang yang tidak
sedikit.
Sore itu Azzam menyempatkan bermain bola di Nadi
Kahruba. Sudah sangat jarang ia bermain bola. Ia merasa perlu
bermain bola untuk kenangan hari-hari terakhir di Mesir.
Meskipun lama tidak main, kemampuannya sebagai bek andal
tenyata tidak hilang. Dulu waktu tingkat dua ia pernah mem -
bela Tim KSW 71 dan menjuarai Indonesian Game. Ia dinobatkan
sebagai bek terbaik dalam turnamen antarkekeluargaan
71 Kelompok Studi Walisongo, adalah organisasi kekeluargaan Mahasiswa
Indonesia dari Jawa Tengah di Mesir.
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
325
Ilyas Mak’s eBooks Collection
seluruh mahasiswa Indonesia di Mesir. Ia oleh teman-temannya
dijuluki "Maldini from Java." Sore itu kemampuannya
bermain bola ia perlihatkan di lapangan. Ia mencetak satu gol
di awal pertandingan.
Ketika sedang asyik-asyiknya main bola, ada suara yang
memanggil-manggil namanya dari jauh. Ternyata Hafez. Ia
berlari mendekati Hafez.
"Ada apa Fez?"
"Aku baru dari rumah Miftah Kang. Ini Kang ada surat
dari Indonesia."
Wajah Azzam langsung berbinar-binar bahagia. Ia menerima
sepucuk surat dengan amplop berwarna cokelat muda. Ia
langsung membuka dan membacanya. Ia tak sabar untuk menunggu
pulang dulu ke apartementnya. Hafez berangsut duuk
di trotoar sambil mengawasi orang-orang yang bermain
bola di atas aspal.
"Membacanya sambil duduk Kang, lebih enak," seru
Hafez.
Azzam pun duduk dan menekuri huruf demi huruf surat
yang ditulis oleh adiknya itu. Sementara keringatnya masih
terus keluar membasahi kaosnya. Adiknya itu menulis:
Menemui
Kakakku Tercinta
Abdullah Khairul Azzam Di Kota Seribu Menara
Assalamu'alaikum wa Rahmatullah wa barakatuh.
Kak, bagaimana kabarmu? Sudah selesai ujian ya.
Ketika kakak membaca surat ini, kami yang di Indonesia
berharap dalam sehat, baik tak kurang suatu
apa dan selalu dalam dekapan kasih sayangAllah Swt.
Amin. Kami jugaberdoa semoga kakak lulus ujian, dan
meraih gelar Lc. dengan predikat memuaskan. Amin.
Kami yang di Tanah Air alhamdulillah baik. Aku,
Lia dan Ibu pertengahan Juli ini mau menjenguk
Sarah ke Kudus.Adik bungsu kita itu hebat Kak. Saat
Habiburrahman El Shirazy
326
Ilyas Mak’s eBooks Collection
liburan sekolah datang, ia tidak mau pulang, ia
tetap ingin di pondok. Katanya di pondok bisa menambah
hafalan Al Quran. Ah, aku jadi ingat kakak.
Kata ibu, si Sarah itu sangat mirip kakak. Lebih
suka di pondok daripada di rumah. Semangat menuntut
ilmunya luar biasa. Otaknya pun cerdas. Doakan kami
semua ya Kak.
Kak Azzam terkasih,
Persisnya kapan kakak berencana pulang? Kami
benar benar sudah kangen.Apalagi ibu, beberapa kali
aku mendengar ibu malam-malam tidur mengigau dengan
menyebut nama kakak berulang-ulang. Kami harap kakak
pulang secepatnya. Begitu ada kesempatan pulang
langsung pulang.
Oh ya Kak, sedikit kabar gembira. I3uku kumpulan
cerpenku yang berjudul "Menari Bersama Ombak" mendapatkan
penghargaan dari Diknas sebagai buku kumpulan
cerpen terbaik tahun ini. Aku diundang ke
Jakarta untuk menerima hadiah awal bulan Agustus.
Jika kakak bisa pulang sebelum itu, atau pas aku di
Jakarta sangat baik. Kita bisa bertemu di Jakarta
dan kakak bisa melihat adikmu menerima penghargaan
itu.
Kak Azzam yang kami nanti, ini dulu ya. Kami
menunggumu setiap hari. Kami juga mendoakanmu tiada
henti. Dan seperti biasa, seperti yang sudah-sudah
Lia titip salam. Salam rindu dan kangen tiada tara
katanya. Sarah titip kecupan cinta katanya. Ibu titip
setetes airmata cinta dan bangga untukmu kakakku
tercinta. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan
taufikNya kepada kakak. Amin ya Rabbal 'alamin.
Wassalam,
Ta'zhim adikmu.
Ayatul Husna
Ps: Husna merasa sudah saatnya menikah. Kakak
sebagai wali Husna bisa mulai memikirkan hal ini.
Husna sepenuhnya patuh pada kakak.
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
327
Ilyas Mak’s eBooks Collection
Tak ada satu huruf pun yang terlewat. Niat Azzam untuk
segera pulang semakin kuat. Dan tiba-tiba ia tersenyum sendiri.
Ya, Husna sudah dewasa. Sudah saatnya menikah. Pesan
di akhir suratnya sungguh menyentuh kalbunya. Memang
dialah sekarang yang jadi wali adik-adiknya. Ia berkewajiban
mencari jodoh untuk mereka. Namun ia sendiri belum menikah.
Ia sungguh takjub atas kecerdasan adiknya mengingatkannya.
Husna jelas menginginkan kakaknya segera
menikah baru menikahkan dirinya.
Dalam hati ia berkata, "Insya Allah, Dik, kakak akan
segera pulang. Begitu pulang kakak akan menikah secepatnya.
Umur kakak toh sudah hampir kepala tiga. Setelah itu kakak
akan menikahkan kalian dengan pemuda yang saleh, bi idznillah."
72
"Kang sudah selesai membaca suratnya?" tanya Hafez.
"Sudah," jawab Azzam sambil memandang Hafez.
"Kang."
"Iya Fez, ada apa?"
"Aku ingin menagih janji Sampeyan."
"Janji apa Fez?"
"Itu, janji Sampeyan untuk membicarakan pada Fadhil
tentang keinginanku menyunting Cut Mala. Aku sudah tidak
sabar Kang."
Azzam jadi ingat, ia punya janji dan punya tugas tambahan
sebelu m pulang; yaitu menjelaskan masalah Hafez pada
Fadhil, kakak kandung Cut Mala.
"Insya Allah, akan aku bilangkan pada Fadhil secepatnya.
Tapi aku minta kamu bersikap dewasa jika seandainya rasa
cintamu itu bertepuk sebelah tangan lho Fez," jawab Azzam.
"Aku sudah siap menerima apa pun yang terjadi. Tapi
72 Dengan ijin Allah
Habiburrahman El Shirazy
328
Ilyas Mak’s eBooks Collection
tolong Kang, diusahakan jangan sampai bertepuk sebclah
tangan lah."
"Wah lha ini yang sulit. Cinta itu tidak bisa dipaksakan
Fez. Kau harus tahu itu. Aku sih berharap Cut Mala dan
kakaknya menerimamu dengan tangan terbuka. Tapi kau
harus dewasa menghadapi sesuatu yang di luar harapan kita.
Dan sebelum aku memberitahu kamu apa hasilnya kamu
jangan banyak tanya ya?"
"Baik Kang."
.
Minggu, 12 Desember 2010
26 KABAR GEMBIRA
Posted by Dini Ariani on 22.55
0 komentar:
Posting Komentar