Tiara membaca surat pendek yang ditulis olel Fadhil itu
berulang-ulang. Dadanya seperti tertusuk puluhan paku berkarat.
Ia sangat sedih dan kecewa berat.
Adikku, bukannya aku tidak mencintaimu. Sungguh aku
sangat mencintaimu. Dan bukannya aku tidak mendamba hidup
bersamamu. Sungguh aku sangat ingin hidup bersamamu.
Namun tidak semua yang didamba manusia pasti diraihnya.
Aku sangat mencintaimu, tapi aku tidak mau kehilangan cinta-
Nya. Aku mendamba hidup bersamamu, tapi aku lebih mendamba
hidup bersama ridha-Nya.
Jangan paksa aku menikam saudaraku sendiri. Jangan
paksa aku melakukan tindakan yang melanggar aturan Ilahi.
Mari kita samasama insyaf. Cinta sejati itu tidak menzalimi.
Cinta sejati berorientasi ridha Ilahi.
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
349
Ilyas Mak’s eBooks Collection
Adikku, kita adalah orang Aceh. Dan kita sudah diajari
untuk tegar, berbesar hati, dan setia pada teman sendiri. Maafkan
aku. Doaku selalu menyertaimu semoga engkau bahagia
selalu. Amin.
Kakakmu,
Fadhil.
Harapan telah tertutup. Tak ada pilihan lagi baginya
kecuali menghapus airmatanya dan menghadapi hidup yang
sesunOguhnya. Hidup yang tidak lagi hanya harubiru rasa
cinta pada pujaan jiwa. Ia merasa bahwa Fadhil benar. Kata -
katanya benar. Seorang Muslim tidak boleh menzalimi Muslim
yang lain. Apapun alasannya dalam Islam kezaliman tidak
dibenarkan. Termasuk kezaliman dengan alasan cinta. Sungguh
naif, cinta macam apa yang mendatangkan kezaliman?
Tiara akhirnya mengoreksi dirinya sendiri. Dialah sesungguhnya
yang salah menentukan langkah. Semuanya,
sebenarnya ada di tangannya. Kenapa ketika lamaran ZuIkifli
datang dan ia tidak suka lantas meminta pertimbangan Fadhil.
Ia baru sadar betapa sulit posisi Fadhil saat itu. Zulkifli adalah
temannya, dan ia harus setia pada temannya. Maka wajarlah
jika Fadhil memberikan saran seperti itu. Meskipun ia mendapatkan
saran itu, saran untuk tidak menolak lamaran Zulkifli
dari Fadhil. Namun sesungguhnya kalau dia memang tidak
suka dia boleh dan tidak ada salahnya menolaknya. Kenapa
saat itu ia emosi dan langsung menelpon ayahnya di Indonesia,
menerima lamaran Zulkifli. Ia merasa memperoleh pelajaran
berharga, keputusan yang diambil dengan penuh emosi,
hanya mendatangkan penyesalan tiada henti.
Kini setelah semua tertata rapi ia menulis surat untuk
merusak semuanya dengan alasan cinta. Tinggal hitungan jam
saja, Zulkifli dan kedua orangtuanya akan datang. Ayahnya
juga akan datang. Ia bukannya mempersiapkan menyambut
Habiburrahman El Shirazy
350
Ilyas Mak’s eBooks Collection
mereka dengan penuh kehangatan, namun malah mengajak
Fadhil mempersiapkan pedang paling tajam guna menikam
mereka dari belakang. Tiara menghela nafas panjang. Mata -
nya terpejam. Ia merasa dirinya benar-benar sangat malang.
***
Fadhil terus berjuang untuk tabah dan berbesar jiwa. Tak
ada pilihan lain baginya. Siang itu ia dan beberapa mahasiswa
Aceh ke Bandara untuk menjemput Zulkifli dan rombongannya.
Saat bertemu Zulkifli ia berusaha sekuat tenaga untuk
ikhlas dan berbahagia. Ia rangkul kawan lamanya itu dengan
muka ceria. Ia ucapkan kalimat: Selamat datang di negeri Nabi
Musa wahai sahabat tercinta.
Ia tempatkan Zulkifli dan rombongannya di Wisma
Nusantara. Ia sendiri yang mengantarkan Zulkifli dan rombongannya
ke kamarnya. Ia berikan nomor telpon flatnya, jika
ada apa-apa minta bantuan apa saja, ia minta untuk menghubungi
dirinya.
Fadhil ingat betul kata -kata Azzam,
"Pesanku hanya satu, kau jangan jadi pecundang, jangan jadi
pengkhianat! Jadilah kau lelaki sejati. Kau jangan kalah oleh
perasaan. Sebagian perasaan itu datangnya dari nafsu yang mengajak
dosa. Tapi ikutilah petunjuk Nabi!"
Fadhil berusalla keras memberikan yang terbaik untuk
sahabat lama dan rombongannya. Termasuk di dalamnya adalah
ayah Tiara, orang yang pernah ia harapkan akan jadi mertuanya.
Apa yang dilakukan Fadhil bukannya tidak diketahui oleh
Tiara. Tiara tahu semuanya dari ayahnya yang banyak bercerita
tentang kebaikan Fadhil sejak bertemu di Bandara. Juga
cerita dari ayah dan ibu Zulkifli yang beberapa kali memujimuji
Fadhil.
"Fadhil itu kan temannya Zulkifli sejak dulu. Saya beberapa
kali bertemu dengan dia di pesantren dulu. Dia itu baik,
ramah dan sangat perhatian. Saya masih ingat saat saya ke
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
351
Ilyas Mak’s eBooks Collection
pesantren dulu sandal saya hilang di-ghosob 75 oleh para
santri, saat itu Fadhil-lah yang bingung ke sana kemari mencari
sandal saya. Zulkifli ini malah santaisantai saja." Cerita
ayah Zulkifli dengan santai di hadapan Tiara. Cerita yang
secara tidak sengaja sangat menyanjung Fadhil luar biasa.
Cerita itu semakin membuat ulu hatinya ngilu bagai ditusuktusuk
sembilu.
Pada hari akad nikah yang dilaksanakan di KBRI, Fadhil
adalah orang yang paling sibuk. Dialah yang mencarikan
mushaf ke toko buku Darussalam, karena saat itu Tiara minta
maharnya ada mushaf. Dan Zulkifli belum mempersiapkan itu.
Fadhil langsung lari dengan taksi. Ia mencarikan mushaf
mahar yang terbaik. Tiara tahu bahwa yang mencarikan
mahar adalah Fadhil. Matanya berkaca -kaca saat itu juga. Ia
berusaha sekuat tenaga agar airmatanya tidak meleleh, apalagi
tumpah.
Dalam hati ia berkata, "Seharusnya memang dia yang
mencarikan mahar untukku dan dia pula yang akad nikah
denganku." Kalimat itu hadir dalam hatinya tanpa ia bisa
menolaknya. Sungguh tidak mudah menikah dengan orang
yang tidak dicintai, sementara orang yang dicintai ada di
depan mata dengan segala kemuliaan akhlak dan pengorbanannya.
Ia beristighfar ketika sadar akan apa yang baru saja
ia ucapkan di dalam hatinya.
Akad nikah berlangsung. Fadhil duduk menundukkan
muka dengan hati gemuruh luar biasa. Tiara duduk dengan
penuh rasa pasrah. Zulkifli menjawab akad dengan mantap
dan lantang. Akad nikah telah terjadi. Pipi Fadhil basah. Tiara
tak kuasa menahan tangisnya. Fadhil memeluk Zulkifli dengan
hangat sambil mengucap,
"Baarakallahu laka wa baaraka 'alaika wa jama'a bainakuma
fi khair!"
Zulkifli berulang kali mengucapkan rasa terima kasihnya
yang tiada terhingga. Saat Fadhil melangkah meninggalkan
ruangan, Tiara sempat melihat mata Fadhil yang sembab, ia
75 Ghosob. dipinjam tanpa ijin yang punya
Habiburrahman El Shirazy
352
Ilyas Mak’s eBooks Collection
juga sempat melihat Fadhil mengusap airmatanya dengan
punggung tangannya.
Hati Tiara bagai diiris-iris. Ia memandangi pemuda yang
dikaguminya itu melangkah keluar.
Usai akad Fadhil langsung minta pada teman temannya
dari Aceh untuk membereskan semuanya. Ia minta diri untuk
pulang. Ia bilang ada urusan penting Namun sebenarnya, ia
tiada kuasa untuk menumpahkan tangisnya. Keluar dari KBRI
ia mencegat taksi, dan saat taksi itu berjalan ia menangis
dengan sepuas-puasnya.
Ia sendiri tidak tahu menangis karena apa? Apakah ia
menangis karena sedih bahwa gadis yang dicintainya telah jadi
milik orang lain? Ataukah menangis bahagia karena temannya,
yaitu Zulkifli telah mendapatkan pasangan hidupnya?
Ataukah menangis karena bangga pada dirinya sendiri yang
telah berhasil melalui ujian paling berat dalam hidupnya?
Taksi sampai di Mutsallats. Sampai di rumahnya ia
langsung mengunci kamarnya dan menangis sepuaspuasnya.
Semua yang pernah ia alami bersama Tiara seperti diputar
dalam ingatannya. Sejak pertama kali bertemu di pesantren
sampai surat terakhir Tiara dan bagaimana ia menjawabnya.
Dan paling akhir adalah saat dirinya menyaksikan Tiara
diakad dan diperisteri orang lain di depan matanya. Dan dialah
yang mencarikan maharnya.
***
Ujian bagi Fadhil belum selesai. Ia masih harus menghadapi
satu ujian lagi. Mendendangkan nasyid dalam pesta
walimatul ursy. Fadhil nyaris tidak kuat. Ia nyaris tidak datang.
Tapi ia kembali teringat dengan katakata Azzam,
"Pesanku hanya satu kau jangan jadi pecundang...!"
Akhirnya ia menetapkan hati untuk berangkat. Tim Nasyid
yang ia pimpin adalah Tim Nasyid khas Aceh.Tim Nasyid
yang mengangkat etnik musik khas Aceh. Tim Nasyidnya
sama sekali tidak menggunakan perangkat musik modern.
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
353
Ilyas Mak’s eBooks Collection
Namun menggunakan perangkat musik tradisional khas Aceh,
yaitu Geundeurang, Rapa'i dan Seurune Kale.
Geundeurang, adalah alat musik tabuh berbentuk
panjang terbuat dari kulit kambing dan kayu nangka dan
menggunakan stik letter L sebagai penabuhnya. Sedangkan
Rapa'i adalah alat musik tabuh khas Aceh yang menyerupai
rebana dengan berbagai ukuran dan memakai tamborin. Dan
Seurune Kale adalah alat musik tiup yang terbuat dari kayu
nangka dan diujungnya menggunakan daun lontar sebagai
penyaring suara.
Anggota Tim Nasyidnya itu delapan orang. Dua vokalis,
salah satunya adalah dirinya. Bahkan dirinya adalah vokalis
utama. Dua penabuh Geundeurang. Empat penabuh Rapa'i
dengan berbagai ukuran. Dan dua peniup Seurune Kale.
Sebelum tampil ia memberi semangat kepada timnya untuk
tampil yang sebaikbaiknya.
Acara walimatul ursy diadakan di Daarul Munasabat
Masjid Musa bin Nushair Hay El Sabe'. Ayah Zulkifli adalah
seorang pedagang sukses yang kaya raya di Aceh. Pesta
pernikahan itu diadakan besar-besaran. Seluruh orang Aceh di
Mesir diundang. Seluruh pejabat dan staf KBRI, pengurus
PPMI, pengurus WIHDAH, dan seluruh ketua kekeluargaan
diundang.
Untuk menata hatinya Fadhil minta agar Ramzi Muda,
vokalis yang satunya tampil lebih dulu. Tim Nasyid Nangroe
Voice muncul dengan diiringi tepuk tangan yang membahana
dari hadirin. Hati Tiara sudah lebat. Badai bagai bergulunggulung
di dalam dadanya. Ia merasa tidak adil Fadhil harus
jadi penghibur dalam acara itu. Tidak adil. Walau bagaimana
pun Fadhil pernah menjadi ustadznya. Namun ia tidak bisa
berbuat apa-apa.
Nangroe Voice menata posisinya. Hadirin diam. Suasana
hening. Fadhil tidak kelihatan. Seurune Kale ditiup perlahan.
Diikuti hentakan tabuh Rapa'i. Iramanya mengalun, menggema,
menyihir siapa saja yang mendengarnya. Keindahan
semakin menjadijadi ketika Geundeurang ditabuh menyem -
purnakan irama.
Habiburrahman El Shirazy
354
Ilyas Mak’s eBooks Collection
Hadirin bertepuk tangan. Musik khas tradisional Aceh itu
sesaat lamanya memainkan sihirnya. Tidak ada hati yang tidak
condong untuk mengikuti iramanya. Lalu sihir itu disem -
purnakan oleh suara indah Ramzi Muda yang melantunkan
lagu berjudul, "Saleuem":
Assalamo'alaikum wa rahmatullah.
Jaroe dua blah ateuh jeumala.
Karena saleum nabi kheun sunnah.
Jaroe taumat tanda mulia.
Iseulam tauhid mu'arifat.
Watee meusafat geukheun agama. 76
Hadirin benar-benar terpesona. Lagu itu selesai. Ramzi
Muda masuk barisan untuk jadi backing vokal.
Irama musik berubah jadi lebih dahsyat. Menghentak,
menggelegar, mengambil hati, dan menyihir pikiran. Dan
muncullah Fadhil. Seluruh hadirin bertepuk tangan. Fadhil
tersenyum dan mengangguk kepala dengan santun. Ia seperti
seorang artis dan seniman besar. Fadhil mengangkat tangannya
memberi isyarat pada para pemusik. Irama perlahan berubah
menyayat hati. Hadirin larut. Tiara tiada kuasa menahan
airmatanya. Fadhil mengumandangkan suaranya dan semua
yang mendengarnya tersihir di tempatnya,
Allah Allah Allahu Rabbi.
Beek dilee Neubri Kiamat donya.
Lhe tat bueut salah ka dengon keuji.
Sayang lon Robbi asoe neuraka. 77
76 Dipetik dari lagu berjudul Saleum ciptaan Yakop S/lmam J. dalam Album Etnik Atjeh
Saleum Group.
77 Dipetik dari lagu berjudul Troh Bak Watee. karya Komunitas Nyabung Aceh dalam
album World Music from Aceh.
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
355
Ilyas Mak’s eBooks Collection
Fadhil larut dengan penghayatannya. Musik mengiringi
keindahan cengkok Acehnya. Tiara terpaku di tempatnya
dengan berurai airmata. Tiba-tiba Fadhil memasukkan kalimat
yang meremas-remas jantung Tiara. Masih dalam irama yang
sama Fadhil dengan kehebatannya memasukkan isi surat yang
pernah ditulisnya ke dalam lagu yang dibawakannya,
Mari kita sama-samaa insyaf.
Cinta sejati itu tidak menzalimi.
Cinta sejati berorientasi ridha Ilahi.
Allah Allah Allahu Rabbi.
Aku cinta dirimu duhai bidadari.
Tapi aku lebih cinta Tuhanku, Ilahi, Rabbi.
Mendengar lagu itu, jiwa Tiara bagai dibetot dari jasadnya.
Sekuat tenaga ia bertahan agar tetap bisa duduk dengan
tegap di tempatnya. Ingin rasanya saat itu ia berlari dan
menangis sejadijadinya di kamarnya. Ia benar-benar didera
kesedihan yang mencekik leher. Ulu hatinya bagai dihusuktusuk
belati berulang kali.
Hadirin tersihir. Empat Rapa'i terus ditabuh menggedorgedor
jiwa, Seurune Kale terus bersuara naik turun menyayat
jiwa. Dan Geundeurang menyempurnakan keindahan. Suara
Fadhil bagai bermantra penuh kekuatan. Ia menyanyikan
lagunya dengan segenap kekuatan jiwa. Ia tidak mewakili
siapa-siapa. Ia menyuarakan suara hatinya sendiri ia hmjukan
sepenuh hati kepada Tiara dan kepada dirinya sendiri. Ia tak
kuasa membendung airmatanya yang merembes perlahan.
Hadirin tersihir oleh mimik dan penampilannya yang
total. Hanya dia yang tahu kenapa airmatanya mengalir?
Airmata itu tidak sekadar penghayatan, tapi perasan jiwa yang
keluar begihu saja karena tiada mampu membendung berkecamuknya
rasa haru, rasa sedih, rasa kecewa, rasa tidak
berdaya, rasa bahagia dan rasa setia pada cinta, kesucian dan
kemuliaan.
Habiburrahman El Shirazy
356
Ilyas Mak’s eBooks Collection
Allah Allah Allahu Rabbi.
Aku cinta dirimo duhai bidadari.
Tapi aku lebih cinta Tuhanku, Ilahi, Rabbi.
Minggu, 12 Desember 2010
29 TANGIS SANG PENGANTIN
Posted by Dini Ariani on 22.50
0 komentar:
Posting Komentar