langit kian mengelap, kabut hitam mulai bergelantungan di langit
perlahan telah menutupi kumpulan lukisan biru di angkasa. Sang Bulan
mulai memancarkan cahayanya ikuti rangkaian indah gemerlap
bintang-bintang yang membentuk Rasi terindah.
Lyana duduk di
teras depan menatap langit yang indah. Rasa syukur ia panjatkan pada
Sang Maha Pencipta yang telah menciptakan keindahan malam yang tiada
duanya di dunia ini. Malam belum begitu larut jadi ia ingin menikmati
indahnya malam. Sementara ibu dan adiknya di dalam rumah.
Lyana teringat akan pertemuannya dengan Farid di sekolah tadi.
Ternyata sekarang Farid sudah menyelesaikan pendidikannya di Banda
Aceh. Memory Lyana kembali pada masa kecilnya ketika ia dan
sahabat-sahabat kecilnya bermain di bawah pohon rindang di antara
jejeran sawah desanya. Permainan yang sering mereka lakukan adalah Linto
ngon Dara baro yang merupakan sebutan untuk pengantin Aceh. Saat itu
Lyana selalu di jadikan Dara baro (pengantin perempuan) sedangkan Farid
dijadikan Linto baro(pengantin laki-laki) sahabat mereka lainnya : Nurul
menjadi ibu Lyana, Umar penghulu, dan teman-teman lainnya menjadi tamu.
Farid kecil pernah berkata pada Lyana '' Lyana, kalo kita sudah dewasa
nanti kita menikah ya ''
'' Iya'' Lyana menjawab dengan polosnya
Lyana tersenyum mengingatnya masa kecil yang mengembirakan bagi
anak-anak di tepi Barat Kepulauan Aceh, walau penuh dengan kesederhanaan
tak pernah takut untuk membuat mereka bermimpi demi masa depan yang
lebih baik.
'' epotalah...... Kakak dari tadi Dewi
panggil-panggil nggak di jawab, rupanya e... rupanya sedang melamun
disini'' Dewi yang sudah berdiri di samping Lyana membuyarkan
lamunannya.
'' kak. ini HP kakak bunyi dari tadi Kak Nurul yang telpon ntu angkat dulu sapa tahu penting '' ujar Dewi lagi
'' iya makasih Dewi '' Lyana menerima Hp dari Dewi. Kemudian mulai
berbicara dengan Nurul sahabatnya. Nurul yang juga mengajar di AL SUNNAH
mengajak Lyana ke rumah pamannya di Kuala Teripa minggu depan. Lyana
menyanggupinya sekalian ia ingin menjenguk Ilham di Ponpes.
'' kakak mau ke Ponpes Ilham ya?'' tanya Dewi saat Lyana menutup telponnya.
Lyana mengganguk pada Dewi yang masih berdiri di sampingnya. '' sekalian juga mau membayar uang SPP Ilham dek ''
'' udah masuk yukk, kakak ngantuk mau tidur dulu besok pagi mau nemanin anak-anak ke Bank ''
'' yee... Padahal Dewi mau ikut cerita-cerita tadi bareng kakak'' Ucap Dewi kecewa
'' udah telat, ceritanya sudah tutup buku. Tadi kemana aja nong? '' gurau Lyana
'' tadi ngerjain PR dulu lah kak ''
'' besok aja ya dek, kakak bener-bener ngantuk ini '' Lyana segera masuk ke rumah. Di ikuti Dewi
¤¤¤
'' Assalamualaikum..... '' sapa Lyana saat memasuki ruang kelas.
Anak-anak yang tadinya sibuk sendiri tersenyum melihat kedatangan Lyana dan duduk dengan manis.
'' Wa'alaikum salam bu '' jawab mereka serempak.
'' Bagaiman kabarnya anak-anak ibu hari ini? '' Lyana melihat keseluruh penjuru ruangan kelas.
'' Alhamdulillah baik bu guru''
'' Alhamdulillah. Sudah siap berangkat ke bank hari ini? ''
'' sudah bu guru''
seorang gadis kecil kerkerudung mengacukan tangan ke atas
''Ibu Ifa mau tanya boleh?''
'' tentu saja boleh Ifa, silahkan Ifa mau bertanya apa?''
'' Ifa sudah bawa celengan buat di simpan di Bank, tapi kata Zia celengan nggak bisa di simpan di Bank''
Lyana tersenyum mendengarnya '' memangnya Ifa mau menabungkan semua uang Ifa ya?''
'' iya bu, ''
'' heemmm..... Begini Ifa, Zia dan semuanya uang yang di celengan
kalian biar di simpan di rumah saja ya. Yang di tabung di Bank uang
pemberian orang tua kalian yang sudah ibu kabari melalui surat kemarin.
Apa surat dari ibu sudah di sampaikan pada ayah dan ibu semuanya?''
'' Sudah bu '' jawab semua murid
'' Alhamdulillah, kalo begitu kita bisa berangkat ke Bank sekarang ya ''
kemudia Lyana segera menyuruh murid-muridnya bersiap ke Bank.
¤¤¤
jam Dinding menunjukkan angka 15.30 ketika Bu Murni baru menyelesaikan
jahitannya di ruangan tengah serba guna rumah mereka. Di katakan ruang
tengah serba guna karena di ruang mungil inilah biasanya mereka menerima
tamu dan tempat Bu Murni menjahit di depan jendela ada sebuah mesin
jahit tua dan Bu Murni duduk di depannya, sekali-kali matanya tertuju
pada halaman depan wajahya nampak gelisah. Sementara itu di sudut
ruangan Dewi sedang mengerjakan pekerjaan rumahnya.
'' Dewi tadi kakakmu bilang mau pulang jam berapa?'' tanya Bu Murni pada Dewi
'' Tidak mak '' ucap Dewi.
'' nggak biasanya kakakmu pulang telat, biasanya sebelum adzan dhuhur
berkumandang ia sudah sampai di rumah. Coba kamu hubungi ''
Dewi segera mengambil HPnya, yang nampak tidak terlalu mahal tapi sangat
beharga baginya karena HP itu di perolehnya dari hadiah cerdas cermat
di sekolahnya.
Berkali-kali Dewi mencoba menghubungi nomor kakaknya tadi HP kakaknya tidak bisa di hubungi.
'' HP kak Lyana tidak bisa di hubungi mak, mungkin batrenya lowbed ''
'' biasanya kalo ke Bank sampai jam berapa Dewi? ''
belum sempat Dewi menjawab pertanyaan Ibunya, Lyana pulang di antar Nurul dengan sepeda motornya.
'' nah itu kak Lyana sudah pulang mak '' lanjut Dewi
'' iya wi''
Lyana berjalan memasuki rumahnya, Nurul tidak singgah lagi karena hari
sudah sore. Sebelum motornya meninggalkan halaman rumah Lyana Nurul
menyapa Bu Murni dan Dewi terlebih dulu.
'' untung kakak cepat pulang, kalo tidak bakalan ada yang berdiri di depan pintu sampai kakak pulang
'' ungkap Dewi saat Lyana mencium telapak tangan ibunya.
Lyana tahu ibunya tentu sangat mengkhawatirkannya maka ia segera minta maaf karena pulang terlambat.
Adzan Ashar berkumandang menyeru agar umat-Nya kembali beribadah.
¤¤¤
' Allahu Akbar
Allahu Akbar
Asyadualla ila hailallah
Asyadualla ila hailallah.....'
Suara adzan subuh sayup-sayup terdengar memecahkan kesunyian fajar.
Begitu pula yng terjadi di Pondok Pesantren FATANAH. Begitu suara adzan
berkumandang santri-santri yang tadinya masih terlelap dalam ayunan
mimpi di tidurnya, segera bangun dan berwudhu sebelum melaksanakan
shalat subuh. Suara gemelincik air yang mengalir menjadi alunan merdu
ibarat musik pengantar pagi yang syahdu dikala fajar.
Pondok
Pesantren FATANAH adalah pondok pesantren tertua di Kuala Teripa,
pendirinya adalah Alm. KH Abu Munir Kuala, sekarang di pimpin oleh
anaknya KH. Abu Ali Muttaqin mertua dari Bapak H. sulaiman Lubis
pimpinan yayasan pendidikan Islam AL-SUNNAH. Di ponpes FATANAH juga
terdapat sekolah Islam Yaitu Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah. Ponpes
FATANAH ini sudah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat
pesisir barat Aceh karena hampir 90% santri-santri disana merupakan
anak-anak asli sana. Kualitas pendidikannya tak bisa di ragukan lagi
karena hampir setiap tahun lulusan pesantren ini mendapatkan undangan
bea siswa untuk melanjutkan pendidikan ke negeri seribu menara yaitu
mesir. Termasuk Reza Ramadhan, cucu dari KH. Abu Ali Muttaqin yang baru
menyelesaikan kuliahnya di mesir.
¤¤¤
SALAM UKHUWAH
Penulis : ♥ Afri Az Zahra ♥
Sabtu, 17 September 2011
KURAIH CINTA-NYA KU GENGGAM CINTAMU bag.2
Posted by Dini Ariani on 01.51
0 komentar:
Posting Komentar