Tidak ada kebaikan bagi pembicaraan kecuali dengan amalan.
Tidak ada kebaikan bagi harta kecuali dengan kedermawanan.
Tidak ada kebaikan bagi sahabat kecuali dengan kesetiaan.
Tidak ada kebaikan bagi shadaqah kecuali niat yang ikhlas.
Tidak ada kebaikan bagi kehidupan kecuali kesihatan dan keamanan

Sabtu, 17 September 2011

KURAIH CINTA-NYA KU GENGGAM CINTAMU bag.3

Ummi Fatin sedang memasak di dapur ketika putranya pulang dari AL-SUNNAH. Cuaca hari ini memang agak panas, setelah menyalami umminya Reza langsung membuka kulkas mengeluarkan botol air mineral dan menuangkannya ke dalam gelas.

'' Alhamdulillah... Lega rasanya '' ucapnya setelah minum.

Ummi Fatin tersenyum melihat putranya.

'' bagaimana keadaan AL-SUNNAH Reza? '' tanya ummi fatin kemudian.

''sejauh ini baik-baik saja ummi, tapi seperti kata Abu. Reza harus lebih banyak belajar tentang keadaan disana '' Reza duduk menatap umminya yang sedang menghidangkan makanan di meja makan.

'' iya seperti kata Abumu, belajar dulu baru berbenah diri. Begitupun di AL-SUNNAH kamu harus bisa memahami dan memimpinnya dengan baik nanti''

Reza mengangguk dalam hati ia bertekat untuk bisa memimpin Yayasan AL-SUNNAH dengan baik, karena ia sudah memilih untuk mengabdi disana menerusi Abunya.

'' Abu kemana Mi?''

'' ke pesantren ada perlu dengan kakekmu, mungkin sebentar lagi pulang''

'' Abu masih nyetir sendiri!''

'' tidak. Tadi beliau mengajak siman, mau makan sekarang atau tunggu Abumu Reza?''

'' nanti saja mi, Reza ke kamar dulu mau istirahat sebentar '' Reza berjalan menuju kamarnya.

Reza Ramadhan adalah anak ketiga pasangan H.Sulaiman Lubis dan Ummi Fatin. Kakak pertama dan keduanya perempuan dan sudah menikah, adik bungsunya laki-laki masih duduk di bangku Tsanawiyah di ponpes FATANAH. Reza baru Dua minggu berada di rumah sekembali dari mesir.

Reza baru selesai melaksanakan shalat dhuhur, ketika mobil kijang hitam memasuki halaman rumahnya. H.Sulaiman Lubis turun dari mobil di sambut ummi fatin yang menunggunya di depan pintu rumah.

'' bagaimana keadaan ayah disana abu?'' tanya ummi fatin setelah mencium telapak tangan suaminya.

'' Alhamdulillah baik, Nasrullah merawat beliau dengan baik mi. Oya apa Reza sudah pulang?''

'' sudah Abu ''

Abu sulaiman masuk kedalam rumah di susul ummi fatin.

'' Abu mau makan sekarang? Biar ummi siapkan''

'' iya mi, panggilkan Reza juga kita makan bersama ''

ummi fatin mengetuk pintu kamar Reza.

'' Reza ayo makan Abumu sudah pulang'' kata ummi fatin saat Reza membuka pintu.

'' baik mi '' Reza segera menuju ruang makan bersama ummi fatin.

Di ruang makan yang tidak terlalu mewah keluarga Abu Sulaiman menikmati makan siangnya, setelah selesai makan Abu Sulaiman berkata :

'' Sepi sekali ya mi rumah ini, coba ada cucu-cucu kita ''

ummi fatin yang sedang membereskan piring tersenyum mendengarnya.

'' namanya juga cucu dari anak perempuan Abu, sudah tentu ikut Ayahnya'' jawab ummi fatin.

Reza diam saja mendengar pembicaraan Abu dan umminya.

'' Abu ini kenapa, tiba-tiba teringat cucu-cucu kita bukannya kemarin mereka baru dari sini''

'' justru karena mereka habis dari sini mi, Abu jadi kangen lagi sekarang yang menghibur hati kita hanyalah cucu ''

'' lalu, maunya Abu bagaimana?''

'' bagaimana menurutmu Reza? '' tanya Abu Sulaiman pada Reza

'' menurut Reza ya Abu? '' tanya Reza heran.

'' iya menurut kamu bagaimana agar rumah ini ramai kembali?''

'' kalau begitu jemput saja Bilqis dan Nabila besok lalu ajak tinggal disini''

Abu dan ummi tertawa mendengar jawaban Reza, ini membuat Reza semakin bingung.

'' maksud Abumu bukan begitu Reza, lagian Abu mau bertanya kenapa jadi muter-muter kayak gasing '' ummi fatin mengerti maksud suaminya.

'' siapa yang muter-muter mi, Abu kan menanyakan pendapat Reza ''

Reza mulai mengerti akan maksud pertanyaan Abunya. Abu pasti akan menanyakan masalah pernikahan padanya.

'' Abu, ummi Reza tahu apa yang ingin Abu dan ummi tanyakan. Tapi jujur saat ini Belum terfikir tentang menikah di hati Reza. Reza ingin kosentrasi dulu di AL-SUNNAH '' Reza menatap kedua orang tuanya bergantian.


'' kenapa belum di fikirkan Reza? Menikah itu sunnah Nabi,lagi pula apa yang kamu tunggu pekerjaan sudah ada,usiamu juga sudang matang untuk berumah tangga '' ungkap Abunya.

'' belum Abu, Reza belum melakukan apa-apa menikah itu memang sunnah nabi untuk menyempurnakah dien tapi sebelum melangkah kesana Reza harus benar-benar yakin sudah siap lahir dan bathin. Di usiaku saat ini sewajarnya jika aku memikirkan pernikahan Abu, ummi. Tapi sekian perasaan membuatku ragu untuk melangkah bahkan mencetuskan niat saja belum berani '' jelas Reza.

'' apa yang kamu ragukan nak? Kamu sudah menyelesaikan pendidikanmu di bumi para Nabi, sudah tentu kamu lebih paham tentang hal ini '' ucap ummi fatin

'' tapi Reza masih ragu tentang kemampuan menjalankan biduk rumah tangga ummi ''

'' Reza, pernahkah engkau mendengar sebuah hadits Rasulullah?'' tanya Abu Sulaiman

'' hadits yang manakah Abu? ''

Abu lalu menceritakan sebuah hadist :
'' Rasulullah Sallallahu Wasalam bersabda kepada 'Ukaf bin wada'ah Al Hilali, 'apakah engkau telah beristri wahai 'Ukaf?'

Ia menjawab 'belum'

Rasulullah Sallallahu Wasalam bersabda, ' tidakkah engkau mempunyai budak perempuan?'

Jawabnya ' tidak'

sabda Beliau ' bukankah engkau sehat lagi berkemampuan?'

jawab 'Ukaf, ' Ya, Alhamdulillah'

maka Beliau bersabda ' kalau begitu engkau termasuk teman setan karena engkau mungkin termasuk pendeta nasrani,lantaran itu bearti engkau termasuk golongan mereka, atau mungkin engkau termasuk golongan kami, lantaran itu hendaknya engkau berbuat seperti yang menjadi kebiasaan kami adalah beristri. Orang yang paling durhaka diantara kalian adalah yang membujang dan orang mati yang paling hina diantara kamu ialah kematian bujangan. Sungguh celaka kamu wahai 'Ukaf, oleh karena itu menikahlah! '' ( HR. Ibnu Atsir dan Ibnu Hajar)

Masya ALLAH.....
Reza memang pernah mendegar hadits yang dibacakan Abunya. Tapi kali ini ketika mendegarkan Abu membacakannya Ia gemetar setengah mati, keringat dingin bercucuran di wajahnya. Hatinya benar-benar terketuk relung keimanannya bergetar Ia seperti tertantang.

Ummi fatin menatap putranya dengan tatapan lembut. Ingin rasanyaia memeluk Reza yang sedang gamang tapi Abu Sulaiman buru-buru memberikan kode untuk meninggalkan Reza.
'' fikirkan baik-baik nak, buang jauh keraguan di hatimu karena sesungguhnya itu hanya godaan setan'' ucap ummi fatin sebelum meninggalkan Reza.

Reza gelisah '' MasyaALLAH......, bayangkan Rasulullah sampai mencap dengan sebutan teman setan,golongan pendeta nasrani,orang yang paling durhaka dan celaka untuk mereka yang sudah mampu menikah tapi tidak melaksanakannya. Mengapa untuk sebuah sunnah yang sebenarnya bisa aku lakukan, aku masih menunda. Ampuni Hambamu ini Ya ALLAH yang masih tidak percaya dengan segala yang engkau janjikan Astafirullah.....'' guma Reza.

Dalam kebimbangan Ia memasuki kamar. Ummi fatin dan Abu Sulaiman memperhatikan anaknya dari ruang tengah mereka membiarkan putranya untuk berfikir sendiri.

¤¤¤

sementara Reza berfikir dalam kegelisahannya. Di dapur sebuah rumah kecil yang sederhana, Lyana sedang mengaduk adonan kue untuk di jual.
Bu Murni yang sedang menyaring santan gulee bertanya :
'' jadi ke ponpes besok Lyana?''

'' InsyaALLAH jadi mak, sekalian mengantar uang SPP ilham ''

'' lalu dengan siapa kamu kesana?''

'' dengan Nurul mak, kebetulan besok dia juga akan mengunjungi pamannya di Teripa'' ungkap Lyana tangannya mulai sibuk membentuk adonan untuk kue donat.

'' Lyana apa tidak sebaiknya kita membeli sepeda motor saj, jadi kamu tidak kerepotan mencari kendaraan jika hendak mengunjungi Ilham. Kemarin cek malek menawarkan motornya pada mamak''

'' iya kak, beli sepeda motor saja ya. Nanti kita tidak usah jalan kaki lagi ketika mengantar kue ke warung''. Sabung Dewi yang sudah ,uncul dari pintu belakang dengan tangan kanannya memegang situk (pelepah pinang kering) berisi sayuran yang baru di petik di kebun belakang.

Di belakang rumah Lyana ada kebun mini yang semasa Ayahnya hidup kebun itu di tanami jagung. Tapi semenjak Ayahnya meninggal Lyana mengubahnya menjadi kebun sayur mayur. Dewi meletakkan situk di atas meja.

'' kalau kakak tidak punya uang pake uang tabungan dewi dulu untuk uang mukanya kak, selanjutnya bisa kita usahakan'' lanjutnya
'' jangan Dewi tabungan itu hasil jerit payahmu mengajar les gunakan untuk keperluan sekolahmu saja'' ungkap Lyana

'' nggak apa-apa kak, urusan sekolah Dewi InsyaALLAH nanti ada rezeki lagi bulan depan Dewi akan gajian lagi''

'' gampang apa, kamu mengumpulkan tabungan itu sudah satu tahun dewi. Biarlah kita jalan kaki mengantar kue''

'' Apa yang di katakan adikmu ada benarnya Lyana. Kamu memerlukan kendaraan apalagi sepeda sering di bawa adikmu ke sekolah'' sambung Bu Murni

'' mak, begini saja InsyaALLAH kalau Lyana sudah punya uang kita beli sepeda motornya. Tabungan Dewi biar di gunakan untuk biaya kuliahnya nanti'' Lyana memberikan solusi

'' yah... Kelamaan kak, udah deh pake uang Dewi dulu nanti keperluan kuliah Dewi bisa di usahakan ya kan mak'' Dewi meminta persetujuan ibunya.

'' bagaiman Lyana adikmu sudah ihklas jika tabungannya di pakai dulu?''

'' tidak mak, tabungan Dewi dari awal memang di niatkan untuk biaya kuliah Dewi jadi harus tetap di pergunakan untuk itu. Sebentar lagi Dewi akan menyelesaikan sekolahnya kalau uang itu di pakai Lyana takut nanti biaya kuliah Dewi terbengkalai''

'' Huft..... Susah deh kalau bu guru yang ngomong, fikirnya masa depan terus'' Dewi tanpa kecewa dengan keputusan kakaknya.

'' ini demi kebaikanmu dik, ingat pesan ayah dulu kita harus bisa mensyukuri apa yang telah kita miliki dan jika kita menginginkan lebih jangan pernah meraihnya dengan mengorbankan yang lebih penting, tapi kita harus berusaha sedikit demi sedikit untuk meraihnya'' tutur Lyana

'' iya kakak, seperti pribahasa berakit-rakit kehulu berenang-renang ketepian ''

'' bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian, InsyaALLAH'' lanjut Bu Murni di iringi tawa mereka.

¤ ¤ ¤

pagi hari jam menunjukkan angka 8 Lyana sudah berangkat ke ponpes FATANAH bersama Nurul. Setelah menempuh perjalanan selama sejam lebih sampailah mereka di ponpes FATANAH. Nurul memarkir sepeda motornya di halaman depan ponpes,setelah itu mereka berjalan kaki memasuki ponpes. Setelah melapor pada petugas jaga mereka menunggu Ilham di sebuah Dayah.

'' Lyana entah kenapa setiap kali melangkahkan kaki ke Pesantren hatiku menjadi sangat damai'' ucap Nurul

'' karena disini di pehuni dengan cahaya ilmu dan lantunan ayat suci yang selalu mengiringi langkah mereka. Jika kita dekat dengan ALLAH sudah tentu hati kita akan terasa damai''

'' iya Lyana, tapi sayangnya adikku tak pernah mau mengenal dunia pesantren''

'' setiap orang mempunyai impian dan harapan yang berbeda Nurul, selama itu di jalan yang benar tak perlu di sayangkan dulu kami juga berat hati melepaskan Ilham kesini tapi demi amanah dari ayahku kami harus ihklas''

taklama kemudian Ilham pun datang.

'' kamu kurusan dik, apa kamu sakit?'' tanya Lyana saat adiknya menyalaminya.

'' Ilham sehat kak, hanya saja saat ini sedang menghadapi ujian untuk naik tingkatan'' ujar Ilham

'' tapi kamu juga harus memperhatikan kesehatan, jaga keseringan bergadang di dalam kardus ada vitamin jangan lupa di minum ya''

'' iya kak. Oya bagaimana kabar mamak dan kak Dewi?''

'' Alhamdulillah mereka baik, mamak titip pesan katanya mamamk sayang dan bangga pada Ilham jadi harus belajar yang rajin ya. Kami semua selalu mendoakan Ilham''

'' Ilham juga sayang mamamk, Kak Lyana dan kak Dewi ''

'' Iya kakak percaya. Sekolahmu bagaimana dik?''

'' Alhamdulillah lancar kak, InsyaALLAH minggu depan mau ulangan umum''

setengah jam mereka ngobrol. Kemudian bergegas menuju rumah paman Nurul. Usai shalat dhuhur mereka baru pulang kembali.

¤ ¤ ¤

Bel tanda pelajaran tlah usai baru beberapa menit yang lalu terdengar. Seluruh penghuni Yayasan AL-SUNNAH sudah pulang kerumah masing-masing. Tapi tidak dengan Lyana, ia masih berkutat di depan komputer di ruang guru. Jari-jarinya masih sibuk menari di atas tuts-tuts keyboard ia sedang mengetik soal untuk ulangan besok.

'' Lyana masih belum selesai ya?'' Tanya Nurul yang sudah berdiri di belakangnya.

'' Belum Nurul, tunggu sebentar lagi ya''

Nurul melirik jam di pergelangan tangannya sudah pukul 13.00. Ia mengangguk.

'' Lyana kamu sudah bertemu dengan Farid?''

'' sudah. Hari pertama dia disini di ruang pak Rifat'' jawab Lyana tanpa berhenti mengetik.

'' kamu perhatiin nggak Lyana, dari pertama dia itu selalu memperhatikanmu''

'' memperhatikan apa? biasa saja mungkin Nurul, karena kita teman kecilnya''

'' bukan itu maksudku Lyana, perhatiin deh setiap dia ketemu kamu tatapannya itu lho seakan-akan menyiratkan sebuah isyarat'' jelas Nurul bak sedang berpuisi.

Lyana tersenyum '' itu bisa-bisanya kamu aja Nurul. Tidak ada yang berbeda sama seperti yang lainnya. Bahkan saya jarang bicara dengannya''

'' itu dia, yang membuat si Farid penasaran sama kamu. Kamu masih ingat si Umar kan? Kemarin aku bertemu dengannya dia sempat bilang kalau Farid selalu menanyakan tentang kamu padanya. Bener deh ''

Lyana mengeleng-geleng kepala mendengarnya. Ia tahu benar Nurul yang selalu suka memancing perasaan orang lain.

'' Lyana, tapi seru juga ya kalau pada akhirnya pengantin kecil kita dulu bersanding kembali di pelaminan saat dewasa''

jantung Lyana berdetak kencang ia menghentikan ketikannya. Tapi ia masih berusaha bersikap biasa di hadapan Nurul.

''iya kak Lyana, perasaanku mengatakan kalian memang sudah di takdirkan berjodoh''

'' huss..... Jangan sembarangan ngomong Nurul. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti jangan suka mendahului kehendak-Nya ''

'' doaku harapanku Lyana'' goda Nurul.

'' Sudah ah... Pulang yukk... Lama-lama omonganmu makin ngawur kemana-mana''. Lyana mematikan komputernya dan bersiap pulang.

'' yee.... Si Ibu ini di doain baik-baik malah di bilang ngawur''

'' sudah ayoo pulang ''

mereka segera bersiap pulang.
¤ ¤ ¤

SALAM UKHUWAH

Penulis : ♥ Afri Az Zahra ♥

0 komentar:

Posting Komentar

 
Cheap Web Hosting | new york lasik surgery | cpa website design