Tidak ada kebaikan bagi pembicaraan kecuali dengan amalan.
Tidak ada kebaikan bagi harta kecuali dengan kedermawanan.
Tidak ada kebaikan bagi sahabat kecuali dengan kesetiaan.
Tidak ada kebaikan bagi shadaqah kecuali niat yang ikhlas.
Tidak ada kebaikan bagi kehidupan kecuali kesihatan dan keamanan

Sabtu, 17 September 2011

KURAIH CINTA-NYA KU GENGGAM CINTAMU bag.4

Farid menatap kosong ke langit-langit kamar. Entah kenapa semenjak bertemu dengan seorang gadis pikirannya tak pernah bisa lepas darinya. Gadis yang ia kenal sejak kecil itu tak lain Lyana yang dulu sering di jodohkan oleh teman-temannya. Rasa yang sudah bertahun-tahun ia tutupi perlahan-lahan mulai muncul kembali.
'' Lyana.... Cut Lyana Lestari, yang ku kenal dulu kini tlah jauh berbeda. Akankah ia mau menerimaku '' batinnya.

'' Astafirullah..... Apa yang telah aku fikirkan. Ampuni Hamba Ya ALLAH yang telah berani merindukan seseorang yang belum halal bagi Hamba''

'' merindukan siapa Farid? '' tiba-tiba ibunya sudah berdiri di belakangnya.

'' Ibu, mengagetkan Farid '' ucap Farid gelagapan.

Ibunya tersenyum '' diam-diam anak ibu ini sudah memiliki seseorang yang di rindukan ya, siapakah orang yang beruntung itu?''

'' ah... Ibu bisa saja ''

'' Farid, ibu rasa kamu sudah harus memikirkan untuk berumah tangga, katakan pada ibu siapa gadis itu biar ibu melamarnya untukmu ''

farid kaget mendengar ucapan ibunya yang langsung kepada inti permasalahan. Ia menatap wajah ibunya yang tak muda lagi, kerutan di wajahnya terlihat jelas. Wanita yang sudah bekerja keras deminya dan adik semenjak Ayahnya meninggal.

'' siapa namanya? '' tanya ibunya lagi seolah bisa membaca apa yang di fikirkan Farid.

'' Lyana bu....'' jawab Farid

'' Lyana anak Bu Murni?''

'' Iya bu, dia teman kecil Farid dan mengajar di AL-SUNNAH juga ''

'' ibu mengenalnya Fid, bahkan sangat mengenalnya ia sering mengantarkan jahitan ibu yang di kerjakan ibunya''

wajah Farid mulai cerah. ''lalu bagaimana menurut ibu?''

'' dia gadis yang baik, disiplin,punya rasa tanggung jawab yang besar terhadap keluarg dan yang paling ibu sukai jilbabnya itu ''

Farid tersenyum mendengar penuturan ibunya. Hatinya berbunga-bunga.

'' apa kamu sudah yakin dengan pilihanmu Fid ?''

'' InsyaALLAH sudah bu, apa ibu mau melamarkannya untukku?''

'' tentu saja, ibu sudah menantinya sejak lama. Mencarikan dan melamar calon ibu untuk cucu-cucu ibu kelak''

Farid segera mencium telapak tangan ibunya memohon restu. Bulir-bulir air mata itu tak dapat ia tahan lagi. Kini tinggal menunggu jawaban dari keluarga Lyana.

¤ ¤ ¤
Lyana baru pulang mengantar kue di warung saat cek malek adik ayahnya datang.

'' Assalamu'alaikum..'' sapa Lyana saat melihat cek malek duduk bersama ibunya di teras depan.

'' wa'alaikum salam '' jawab cek malek dan Bu Murni hampir bersamaan.

'' dari mana Lyana?'' tanya cek malek

'' biasa ngantar kue cek, sudah lama cek?''

'' belum baru beberapa menit''

Dewi keluar membawa napan berisi segelas minuman dan menyuguhkan di hadapan pamannya.

'' Lyana bagaimana kegiatanmu di AL-SUNNAH?''

'' Alhamdulillah baik cek. Mak cik dan adik-adik bagaimana kabarnya?''

'' Alhamdulillah baik juga''

'' begini Lyana, kak murni, dan dewi. Dulu almh. Bang Hasan pernah meminjamkan saya uang. Dan uang tersebut saya gunakan untuk membeli lahan bertani, saya sudah berjanji untuk mengembalikannya sesuai dengan jumlahnya yaitu 10 juta '' cek malek mengeluarkan uang dari saku bajunya dan menyerahkan pada Bu Murni.

'' ini kak, silahkan di hitung dulu ''

'' terima kasih Malek, kakak percaya padamu'' kata Bu murni yang sudah menganggap malek seperti adiknya sendiri.

'' alhamdulillah.... Akhirnya bisa juga beli sepeda motor '' ujar Dewi.

Lyana melotot ke arahnya. Tapi Dewi tak perduli ia justru memohon pada Bu murni agar uang itu di pakai untuk membeli sepeda motor.

'' bagaimana Lyana? '' tanya Bu murni pada Lyana. Walaupun Ia punya hak untuk mengabulkan permintaan Dewi tapi ia tetap ingin menghargai pendapat Lyana sebagai anak tertua penganti suaminya.

Lyana diam saja. Menatap Dewi yang memelas menunggu jawabanya. Di ujung bibirnya sebuah senyum terukir di iringi anggukan tanda setuju yang sontak membuat Dewi berhamburan ke pelukannya.
'' Makasih kakak ''

'' iya sama-sama''

dengan di bantu cek malek beberapa hari kemudian sebuah sepeda motor bebek sudah terparkir di halaman rumah mereka.

¤ ¤ ¤

hmm..... Reza Ramadhan apa kabarnya ya...??


Jam makan siang di Ponpes FATANAH baru saja usai. Para santri bersiap kembali ke Dayah untuk mengaji. Ilham sedang merapikan kitab-kitab yang akan di bawa ke dayah. Seorang teman menghampirinya.

'' Ilham, ikut aku yukkk? ''

'' mau kemana muhadis, sebentar lagi guree amran masuk. Teman-teman yang lain sudah menunggu di dayah''

'' sebentar saja. Guree amran tidak masuk hari ini. Kita ke rumah kakekku sebentar ada abangku disana'' ujar muhadis

'' baiklah. Tapi sebentar saja ya.. ''

'' iya tenang saja''.

Ilham mengikuti Muhadis keluar kamar. Langkah muhadis begitu cepat sehingga Ilham harus berlari-lari kecil mengejarnya. Tapi Ia terheran saat Muhadis berhenti di depan rumah KH. Abu Ali Muttaqin pimpinan pondok pesantren FATANAH atau yang biasa mereka panggil dengan sebutan Abu tuha.

'' Muhadis ngapain kita kesini?'' tanya Ilham heran.

'' menemui kakek dan abangku, ayo masuk''. Tanpa menunggu Ilham Muhadis segera masuk dan mengucapkan salam.

Ilham mulai ragu, apa mungkin Muhadis cucu Abu tuha. Dan benar saja saat di dalam rumah Muhadis langsung memanggil Abu tuha dengan sebutan Nek yah (panggilan untuk kakek dalam bahasa Aceh). Disana juga ada Reza yang langsung di peluk adiknya.
'' baik-baik disini dis?'' tanya Reza

'' baik bang, oya kenalkan ini Ilham teman Muhadis''

Ilham segera mencium telapak tangan Abu tuha dan Reza. Mereka terlibat pembicaraan ringan tentang agama disana. Ilham senang sekali bisa berkenalan dengan Alumni Ponpes FATANAH yang telah menyelesaikan pendidikan di mesir apalagi setelah mengetahui Reza abangnya Muhadis. Ia membulatkan tekat untuk bisa seperti Reza. Reza juga menaruh simpati pada Ilham yang walau masih kecil tak pernah malu untuk bertanya.

Setelah berbicara beberapa saat. Muhadis dan Ilham harus segera kembali ke Asrama putra. Sebelum pergi Reza sempat memimjamkan buku tentang mesir pada Ilham untuk memotivasi semangat belajarnya.

Reza melihat ada baka dakwah yang luar biasa pada diri Ilham. Jika bisa di pupuk dengan baik ilmunya InsyaALLAH akan sangat bermanfaat bagi umat nantinya.

'' Reza ayo ikut nek yah keliling pesantren '' ucap Abu tuha kemudian.

'' jeut nek yah ''
Abu tuha berjalan beriringan dengan Reza mengelilingi pondok pesantren. Walaupun Reza telah mengetahui keadaan Pondok pesantren FATANAH tapi ia masih tetap serius mendengarkan penuturan kakeknya tentang Pesantren. Kian hari jumlah santri semakin banyak, kualitas tenaga pengajarpun semakin di tingkatkan demi menciptakan generasi yang agamis dan bermasyarakat.

Reza akan mengajar di Pesantren dan memimpin di AL-SUNNAH. Oleh karena itu ia sangat ingin belajar dari pengalaman kakeknya memimpin pesantren.

'' jika sudah mantap jangan lupa kewajibanmu untuk memberikan nek yah cicit ya '' pancing Abu tuha di sela-sela obrolan mereka.

Reza tersenyum mendengarnya, dalam hati ia berkata InsyaALLAH doakan saya mendapat yang terbaik .

¤ ¤ ¤

Lyana menyudahi tilawahnya saat cek malek dan istri dan anaknya datang kerumahnya. Bu murni menyambut mereka di ruang tengah serba guna.
'' tumben malam-malam kesini ada apa lik? Si kecil di bawa juga lagi '' tanya bu Murni sembari menghidangkan minuman.

Dewi yang penasaran juga langsung menemui pamannya. Dewi hendak duduk di sambil ibunya tapi pamannya menyuruh memanggil Lyana yang masih di kamar.

'' kak cepetan napa, udah di tungguin cek malek dan mak cek ''

'' iya Dewi '' Lyana merapikan kerudungnya sebelum keluar kamar.


Lyana duduk di samping ibunya, sementara Dewi langsung mengendong anak cek malek yang baru berusia 1 tahun.

'' begini kak, saya ingin menyampaikan amanah dari seorang lelaki yang datang menemui saya beberapa hari yang lalu. Sebagaimana mestinya saya di sini sabagai wali bagi Lyana dan Dewi mengantikan Alm. Bang Hasan ''

cek malek berhenti sejenak. Lyana mulai berkutat dalam pikirannya sendiri dia sudah mulai dapat menyimpulkan maksud ucapan pamannya. Seseorang telah datang melamar pada pamannya. Sementara Dewi mendengar dengan rona wajah yang serius dalam hati ia berdoa semoga yang di lamar bukan dia, belum kepikiran di hatinya untuk menikah muda. ^_^

beberapa saat cek malek masih terdiam. Dewi tidak sabar menunggu langsung saja berkata '' jadi yang di lamar siapa cek?''

'' Dewi...... '' Lyana dan Bu murni hampir bersamaan melotot ke arah Dewi.

Cek malek tersenyum melihatnya. '' sebelumnya paman ingin tanya dulu pada kalian sudah siapkan kalian berumah tangga terlepas siapa yang di lamar nantinya ''
semua mata tertuju pada Lyana.

'' bagaiman Lyana?'' tanyacek malek

Lyana menarik nafas '' InsyaALLAH jika ini sudah waktunya bagi Lyana serta baik menurut mamak dan cek. Lyana siap terlepas siapa yang di lamar nantinya'' Lyana berfikir tidak menutup kemungkinan yang di lamar adalah Dewi.

Kemudian semua mata tertuju pada Dewi. Tanpa menunngu pamanya bertanya Dewi langsung menjawab.

'' Belum siap menikah muda Dewi mak, epotalah siapa yang mau melamar kenapa nggak mau menuggu sampai selesai sekolah ''

mereka semua tertawa mendengarnya.

'' bersyukurlah Dewi karena yang di lamar itu kakakmu Lyana'' ucap cek malek kemudian.

'' Alhamdulillah...... '' Dewi begitu bahagia mendengarnya.

Sementara itu Lyana bagaikan di aliri arus listrik yang sangat kuat. Jantungnya berdebar kencang bertanya-tanya siapakah yang telah mengkhitbahnya. Perlahan kuncup-kuncup impian itu mulai tumbuh menjadi tunas-tunas cinta siapakah sosok yang akan menjadi imam baginya nanti.

'' siapa yang melamar Lyana lek? '' kali ini giliran Bu murni yang bertanya untuk menghilangkan rasa penasarannya.

'' Lelaki itu adalah Farid kak, Muhammad Farid bin Abdullah''

kecepatan denyut nadi Lyana tak terhitung lagi saat nama yang melamarnya di sebut. Farid teman kecilnya telah menemui pamannya untuk melamarnya. Dalam hati ia bersyukur karena sesungguhnya ia menyukai Farid, tapi Lyana juga perlu memantapkan hatinya melalui istikharah oleh karena itu saat cek malek menanyakan jawabannya ia mengatakan akan shalat istikharah dulu.

¤ ¤ ¤

Bunga-bunga cinta kian bermekaran di sudut hati-hati yang selalu bertaut pada-Nya. Kupu-kupu yang terbang mengantarkan kebahagian tersendiri di hati Lyana. Malam ini akan menjadi awal dari perjalanan hidupnya dalam meniti rumah tangga. Setelah beristikharah Lyana memantapkan pilihan untuk menerima lamaran Farid sebentar lagi keluarga Farid akan datang untuk melamarnya secara resmi. Nurul menghampiri Lyana yang duduk di depan meja rias.
'' duh... Yang mau di lamar senangnya perasaanku benar kan Lyana kalian memang sudah di takdirkan berjodoh '' goda Nurul.

Lyana tertunduk malu. Bu murni masuk dan menyuruh mereka segera keluar karena rombongan keluarga Farid sudah datang. Lyana yang mengenakan gamis gamis biru nampak begitu anggun apalagi di padukan dengan jilbab putihnya.

Lyana duduk di samping ibu Farid dan Nurul. Sesuai dengan tradisi lamaran Aceh calon memelai laki-laki tidak hadir pada acara lamaran. Acara di awali dengan tukar batee ranup oleh masing-masing perwakilan keluarga, kemudian pengantar dari pihak Farid di ikuti kata sambutan oleh keluarga Lyana yang dalam hal ini di wakilkan oleh pak Geucik (kepala desa). Selanjutnya ibu Farid memakaikan cincin di jari Lyana, dengan lembut Lyana mencium telapak tangan calon mertuanya itu.

Pada pertemuan ini juga langsung menentukan hari akad nikah dan walimahnya. Yang akan di laksanakan dua minggu lagi. Akad nikah akan di laksanakan di mesjid desa Lyana dan walimahnya di rumah Lyana saat antar linto di rumah Farid saat antar menaro Sesuai adat aceh. Acara di akhiri dengan pembacaan doa oleh tuha peut.

¤ ¤ ¤

Ilham baru saja menerima telepon dari Lyana yang menyuruhnya pulang saat hari pernikahannya. Ilham senang sekali mendengarnya saat itu Reza memperhatikan tingkah Ilham. ''ada apa Ilham?''

'' kakak saya akan melangsungkan pernikahan Bang, saya di minta pulang ''

'' kapan acaranya? ''

'' seminggu lagi bang''

'' kamu bisa pulang setelah ujian''

'' iya terima kasih bang''

¤ ¤ ¤

'' Lyana sudah kamu kabarkan pada Ilham?'' tanya Bu Murni setelah Lyana menutup telponnya.

'' sudah mak, hari sabtu depan Dewi akan menjemputnya. Karena Ilham harus mengikuti ujian dulu''

'' Lyana walau pun nantinya kamu sudah memiliki suami, mamak harap kamu tidak melupakan adik-adikmu. Mereka masih membutuhkan bimbinganmu''

'' iya mak. Lyana tidak akan pernah melupakan Mamak dan adik-adik ''

¤ ¤ ¤
SALAM UKHUWAH

Penulis : ♥ Afri Az Zahra ♥

0 komentar:

Posting Komentar

 
Cheap Web Hosting | new york lasik surgery | cpa website design